Setelah menjelaskan hasil pertemuan, seorang wartawan Rajawali TV menanyakan tanggapan SBY soal sikap Jokowi yang heran dengan perolehan suara Partai Demokrat.
"Apa arah dari pertanyaan itu?" tanya SBY tampak terkejut.
Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha pun menyahut bahwa Jokowi sempat menanyakan soal kenaikan suara Partai Demokrat.
"Lalu, kenapa dipersoalkan? Saya tidak mengerti apa masalahnya," kata SBY.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu mengaku mendengar adanya pernyataan Jokowi yang sempat mempertanyakan kenaikan suara partainya pada hasil rekapitulasi resmi oleh Komisi Pemilihan Umum. Hasilnya berbeda sekian persen dibandingkan hitung cepat sejumlah lembaga survei.
"Kalau tidak salah, setelah saya baca, Pak Jokowi menganggap quick count Demokrat ini hanya 7 persen, sehingga begitu meningkat 3 persen, beliau heran. Nah, saya ngecek, yang salah saya atau Pak Jokowi?" ujar SBY.
Ia mengatakan, hasil hitung cepat ada margin of error sebesar -/+ 1 persen. Berdasarkan hitung cepat, SBY mengungkapkan, Demokrat berada di kisaran 9 persen. Sementara itu, berdasarkan hasil resmi KPU, Demokrat mendapatkan 10 persen suara. Dengan margin of error itu, menurut SBY, peningkatan suara Partai Demokrat masih dalam level wajar.
"Sebagai pemimpin, saya selalu correct dengan angka dan data. Selama ini, saya tidak ada masalah dengan Pak Jokowi. Daripada saya salah, saya minta staf berapa sih quick count Demokrat kemarin," ujar SBY.
Meski ditanya tiba-tiba oleh wartawan, SBY dengan sigap merogoh sakunya. Rupanya, ia sudah menyiapkan secarik kertas berisi data hasil hitung cepat berbagai lembaga. Sambil membaca catatan di selembar kertas yang dipegangnya, SBY pun memaparkan persentase perolehan suara Partai Demokrat, mulai dari hasil survei Kompas (Partai Demokrat 9,43 persen), Lembaga Survei Indonesia (9,12 persen), Saiful Mujani Research and Consulting (10 persen), LSN (10,65 persen), Jaringan Survei (9,41 persen), dan RRI (10,26 persen).
"Jadi, sebenarnya tidak luar biasa, malah ada yang lebih rendah dibandingkan quick count. Kalau naik hanya nol koma sekian. Jadi, menurut saya, itu tidak perlu diherankan. Mungkin informasi Pak Jokowi terima 7 persen itu tidak akurat, yang betul seperti ini," kata SBY.
Setelah menjelaskan soal suara Partai Demokrat, SBY pun menutup jumpa pers. Dia enggan menjawab pertanyaan lain yang dilontarkan wartawan soal rencana pertemuannya dengan Hatta Rajasa dan Prabowo Subianto sore ini.
Jokowi tak sebut 7 persen
Seperti diberitakan, bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Joko Widodo menyoroti perolehan suara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum, Jumat (9/5/2014) tengah malam. Dia heran mengapa suara partainya cenderung turun, sementara ada partai lain yang cenderung meningkat.
"Itu yang saya tidak tahu, gimana bisa seperti itu," ujar Jokowi di Swiss-Bell Hotel, Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (10/5/2014) pagi.
Dalam hitung cepat sejumlah lembaga survei setelah Pemilihan Legislatif 9 April 2014, PDI Perjuangan diperkirakan menang dengan perolehan suara di atas 19 persen. Nyatanya, perolehan suara resmi sebesar 18,95 persen.
Adapun Partai Demokrat, yang awalnya diperkirakan mendapatkan suara sebanyak 9-10 persen, mendapatkan suara resmi sebanyak 10,19 persen. Jokowi enggan menduga-duga kenapa hal tersebut bisa terjadi. Menurut dia, hal tersebut terjadi lantaran dinamika di lapangan.
"Dinamika di lapangannya itu yang harus dilihat," ujarnya.
Pernyataan Jokowi ini berbeda dengan pernyataan yang dikutip SBY. Jokowi sama sekali tidak menyebut bahwa suara Partai Demokrat 7 persen, sementara SBY berkali-kali mengkritik data Jokowi yang disebutnya tidak valid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.