Dia menilai, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra tidak tertarik pada Ical. "Kalau Ical memaksakan diri (menjadi capres atau cawapres), itu akan membuat Golkar semakin rugi. Dengan kekalahan pada Pilpres 2004 dan 2009, Golkar harus belajar dari pengalaman dua kali pemilu tersebut," ujar Heri seusai diskusi dengan tema "Pasca Real Count, ke Mana Arah Parpol?" di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (11/5/12014).
Dia mengatakan, pada Pemilu 2004, Partai Golkar merupakan pemenang pemilu. Sedangkan pada Pemilu 2009, Golkar menduduki peringkat kedua. Namun, pada dua pemilu tersebut, Golkar gagal memenangkan capresnya. Dia mengatakan, Golkar harus berbesar hati memberikan alternatif nama lain untuk dapat diusung baik sebagai capres maupun cawapres.
Menurut dia, unsur kejutan dengan memberikan nama baru akan menjadi nilai lebih bagi Golkar untuk dapat meningkatkan elektabilitas calonnya.
Ical telah bertemu dengan Prabowo di Hambalang, Bogor, Senin (5/5/2014). Seusai pertemuan, Ical menyatakan tidak keberatan jika kelak menjadi bakal cawapres pendamping Prabowo. Menurut dia, jabatan presiden atau wapres hanya instrumen yang tak perlu diributkan. "Saya enggak keberatan (jadi cawapres). Pak Prabowo juga enggak keberatan," kata Ical seusai bertemu Prabowo. Ical mengatakan sudah menemukan kesepakatan mengenai sikap politik dalam menghadapi pemilu presiden.
Meski tidak disebutkan secara gamblang, sinyal koalisi kedua partai itu semakin kuat. "Mau di nomor satu, nomor dua, enggak masalah. Posisi presiden dan wakil presiden hanya instrumen untuk mewujudkan kebaikan bangsa, kebaikan negara," kata Aburizal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.