Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Jokowi Tak Bagi-bagi Kursi Sulit Diterima Parpol

Kompas.com - 16/04/2014, 16:47 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik, Heri Budianto, mengatakan, hampir semua partai politik ingin berkoalisi karena tergiur dengan posisi di kabinet. Ia menilai parpol akan sulit menerima jika ada tawaran berkoalisi tanpa bagi-bagi kursi.

Hal itu disampaikan oleh Heri terkait rencana bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo, untuk membentuk kabinet yang menonjolkan profesionalitas kerja. Pernyataan itu disampaikan oleh Jokowi dalam pertemuan dengan Forum Pemimpin Redaksi di Jakarta, Selasa (15/4/2014) malam.

Menurut Heri, parpol lain akan sulit menerima jika ada tawaran berkoalisi tanpa bagi-bagi kursi. Ia khawatir pernyataan Jokowi itu dapat menyurutkan langkah parpol untuk mendekati PDI-P dalam pemilu presiden.

"Partai masih mengejar orientasi kekuasaan dan keterlibatan mereka di dalam parlemen. Ini sulit sekali," ujar Heri saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/4/2014).

Heri menengarai Partai Nasdem telah melakukan proses tawar-menawar hingga akhirnya berkoalisi dengan partai "Banteng Hitam". Menurutnya, ada kemungkinan Nasdem mengajukan Wakil Presiden RI periode 2004-2009 Jusuf Kalla (JK) sebagai calon wakil presiden. "Kalau dia enggak ada bagi-bagi kursi, tapi menyodorkan nama JK, itu bukan bargaining? Bargaining itu," kata Heri.

Selain Nasdem, Jokowi telah melakukan pendekatan dengan Partai Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa. Namun, tidak ada kata sepakat berkoalisi dalam pembicaraan dengan kedua parpol tersebut. Golkar bahkan menolak koalisi dan siap bertarung dengan PDI-P pada pilpres.

Menurut Heri, tarik ulur kesepakatan PDI-P dan PKB itu ditengarai karena PKB mengajukan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menjadi cawapres untuk Jokowi. Ia memprediksi, pada akhirnya, Jokowi akan mematahkan pernyataannya untuk tidak membagi porsi kabinet, terutama dengan rekan koalisinya.

"Dinamika politik ke depan kita belum tahu. Saya kira akan ada juga menteri dari Nasdem nantinya," ujar Heri.

Meskipun begitu, Heri menilai sistem yang diterapkan Jokowi itu menciptakan harapan besar untuk membangun kabinet profesional. Orang-orang yang ditempatkan dalam kabinet nantinya, kata Heri, tentunya memiliki kualifikasi dan kompetensi yang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com