Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang menempati urutan teratas dengan kisaran perolehan suara 19 persen, menurutnya, tidak akan berkoalisi dengan tiga partai di bawahnya, yakni Golkar, Gerindra, dan Demokrat.
"PDI-P punya masalah dengan ketiga partai ini. Perlu lobi intens kalau ketiga partai ini mau koalisi dengan PDI-P," kata Hendri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/4/2014).
Menurutnya, dari ketiga partai itu, yang akan melakukan lobi cukup intens ke PDI-P adalah Partai Golkar. Hendri melihat, catatan sejarah menunjukkan, Golkar selalu berusaha untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan.
"Atau mungkin Golkar akan maju sendiri mengusung capresnya, tapi tetap menyusupkan cawapres untuk berduet dengan tokoh yang kuat, seperti duet 2004 lalu (Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla)," jelas Hendri.
Gerindra yang berada di urutan ketiga, menurut Hendri, tetap akan berupaya mencalonkan Prabowo sebagai capresnya. Hendri menilai, Gerindra akan mempunyai daya tawar yang kuat bila berkoalisi dengan partai papan tengah.
"Prabowo satu-satunya capres yang bisa menyaingi Jokowi. Sekarang yang jelas sudah merapat ke Gerindra adalah PPP," kata Hendri.
Terakhir, Partai Demokrat, kata Hendri, diprediksi masih akan menentukan peta koalisi. Menurutnya, partai Islam yang sebelumnya berkoalisi dalam Sekretariat Gabungan, kecuali PPP, akan kembali merapat. Apalagi, Demokrat masih belum menentukan pemenang Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Jika rela menurunkan derajat peserta konvensi menjadi cawapres, menurut Hendri, opsi koalisi akan semakin terbuka.
"Kalau untuk cawapres mereka punya yang cukup potensial seperti Dahlan Iskan atau Anies Baswedan. Kalau misalnya koalisi dengan Gerindra dan mengusung Prabowo-Dahlan misalnya, pasti sangat kuat," kata Hendri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.