Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akal-akalan Pemilik Media Gerus Independensi Media Massa

Kompas.com - 25/03/2014, 18:05 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Konten penyiaran saat ini mulai menggeser kebutuhan publik. Sajian yang ditampilkan seharusnya beragam, tetapi kini sudah senada dan bahkan terkesan terlalu "Jakarta" tanpa memberikan porsi yang cukup untuk konten lokal. Dengan kondisi ini, lembaga penyiaran dianggap telah menyalahgunakan frekuensi yang merupakan milik publik.

Demikian hasil penelitian lembaga swadaya masyarakat Pemerhati Regulasi dan Regulator Media (PR2Media) tentang perampasan hak publik, dominasi, dan bahaya media di tangan segelintir orang. Peneliti PR2Media, Puji Rianto, mengatakan, kondisi tersebut tak lepas dari faktor kepemilikan media yang hanya dikuasai oleh lima pemodal besar. Pemilik modal besar itu antara lain menguasai Grup MNC, PT Elang Mahkota Teknologi Indonesia (Emtek), Grup Viva, dan CT Corp. Pemilik modal ini, kata Puji, menjadi faktor berpengaruh dalam menentukan konten penyiaran hingga independensi media.

Menurut Puji, setidaknya ada tiga modus yang kerap dilakukan pemilik media dalam mengintervensi konten siaran sehingga menjadi seragam. Pertama tentang penempatan orang-orang kunci pemilik modal dalam setiap anak perusahaan di dalam sebuah grup media. "Penempatan orang-orang kunci yang memiliki modal atau memiliki hubungan dengan pemodal di berbagai struktur organisasi yang berada dalam satu grup, seperti Grup MNC," ujar Puji dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (25/3/2014).

Dalam kelompok ini, kata Puji, orang-orang kunci tersebut memiliki kaitan keluarga. Mereka duduk di jajaran komisaris dan direksi, bukan hanya pada satu badan hukum, tetapi di berbagai badan hukum yang berada di bawah rumpun Grup MNC.

Salah satu contoh yang dikutip dalam penelitian ini adalah posisi Hary Tanoesoedibjo selaku Ddirektur Utama Grup MNC merangkap Direktur Utama PT Rajawali Citra Indonesia (RCTI) dan Komisaris Utama di PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (MNC TV). Di grup ini, Bambang Rudjianto Tanoesoedibjo--kakak Hary Tanoe--berposisi sebagai Komisaris Utama Grup MNC, komisaris di RCTI, MNC TV, dan PT Global Media Com. Adapun Liliana Tanaja yang merupakan istri Hary Tanoe menjabat sebagai komisaris RCTI.

Pada holding company, PT Bhakti Investama, Hary Tanoe juga memegang posisi sebagai Direktur Utama sekaligus pemegang saham. Begitu pula dengan Bambang Ridjianto Tanoesoedibjo dan Liliana Tanaja duduk sebagai komisaris.

Modus kedua yang dilakukan adalah dengan internal merger yang menyebabkan beralihnya anak-anak perusahaan di suatu perusahaan ke perusahaan lain yang masih berada dalam satu grup. Contoh dari modus ini ada di Grup Emtek, di mana PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang merupakan induk perusahaan SCTV melakukan merger dengan PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) selaku induk perusahaan Indosiar.

Adapun modus ketiga adalah dengan melakukan pembatasan saham pada anggota televisi nasional berjaringan yang berkedudukan di daerah. Biasanya, kata Puji, televisi nasional berjaringan di daerah ini dinamakan dengan melekatkan atribut grup yang menjadi afiliasinya. Meski berada di daerah, kepemilikan saham orang lokal atas televisi itu sangat kecil, maksimal 10 persen.

"Ketiga model pengendalian ini pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu kepemilikan power untuk mengendalikan anak-anak perusahaan dan membatasi intervensi dari pihak-pihak luar atau pemilik saham minoritas dalam pengambilan kebijakan perusahaan. Ini dilakukan untuk kepentingan kapital dan pendistribusian pesan dan ideologi," kata Puji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

21 Persen Jemaah Haji Indonesia Berusia 65 Tahun ke Atas, Kemenag Siapkan Pendamping Khusus

21 Persen Jemaah Haji Indonesia Berusia 65 Tahun ke Atas, Kemenag Siapkan Pendamping Khusus

Nasional
Jokowi Sebut Impor Beras Tak Sampai 5 Persen dari Kebutuhan

Jokowi Sebut Impor Beras Tak Sampai 5 Persen dari Kebutuhan

Nasional
Megawati Cermati 'Presidential Club' yang Digagas Prabowo

Megawati Cermati "Presidential Club" yang Digagas Prabowo

Nasional
Anwar Usman Dilaporkan ke MKMK, Diduga Sewa Pengacara Sengketa Pileg untuk Lawan MK di PTUN

Anwar Usman Dilaporkan ke MKMK, Diduga Sewa Pengacara Sengketa Pileg untuk Lawan MK di PTUN

Nasional
Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Nasional
Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Nasional
Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Nasional
Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Nasional
Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Nasional
Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Nasional
Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Nasional
Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Nasional
KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

Nasional
Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Nasional
100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com