Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eva Sundari: Fahri Terlalu "Maksain" Kritik PDI-P

Kompas.com - 24/03/2014, 20:18 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Eva Kusuma Sundari mengatakan, kritik yang dilontarkan Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah kepada PDI-P terlalu memaksakan diri. Eva menilai Fahri melepaskan kritik di luar konteks persoalan yang terjadi pada saat PDI-P berkuasa.

"Konteksnya jangan dilepas dalam menilai masa lalu. Presiden (Megawati) saat itu hanya menerima mandataris dari MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)," ujar Eva saat dihubungi, Senin (24/3/2014).

Eva mengatakan, pada masa pemerintahan Megawati, presiden wajib menjalankan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Presiden juga bertanggung jawab sepenuhnya kepada MPR, bukan kepada partainya ataupun partai lain di DPR. Dengan kata lain, kata Eva, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Megawati atas sepengetahuan MPR, yang terdiri dari berbagai partai politik.

Anggota Komisi III DPR RI itu mengatakan, masa pemerintahan Megawati merupakan periode transisi pasca-lengsernya Soeharto. Pada waktu itu, Megawati harus melaksanakan kesepakatan yang ditandatangani Soeharto dengan International Monetary Fund (IMF), termasuk privatisasi badan usaha milik negara. "Jadi, privatisasi itu bukan kebijakan Mega," katanya.

Menurut Eva, apa yang dilakukan Fahri merupakan bentuk kampanye hitam dengan mengungkit-ungkit masa lalu PDI-P. Eva mengatakan, PDI-P siap membalas setiap serangan politik dengan jawaban yang rasional dan terukur.

"Dia (Fahri) terlalu maksain diri untuk mendelegitimasi PDI-P. Ini kan PDI-P polling-nya lagi bagus, Jokowi lagi bagus. Masyarakat sudah tahu mana partai yang dinyatakan korup," ujarnya.

Sebelumnya, melalui akun Twitter, Fahri mengkritik kinerja PDI-P ketika Megawati menjadi presiden pada 2001-2004. Dengan mengutip tulisan ekonom Sunarsip, ia mengatakan bahwa Megawati banyak menjual aset negara kepada pihak asing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Nasional
Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Nasional
Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Nasional
Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Nasional
Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Nasional
Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Nasional
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Nasional
Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Nasional
Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Nasional
Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Nasional
Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Nasional
Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas 'Montblanc' Isi Uang Tunai dan Sepeda 'Yeti'

Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas "Montblanc" Isi Uang Tunai dan Sepeda "Yeti"

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com