JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Andreas Hugo Pareira menilai, partainya belum akan mendeklarasikan calon presiden dalam waktu dekat. Pasalnya, PDI-P mencari sosok pemimpin bangsa, bukan sekadar calon presiden survei.
"Yang terpenting itu punya leadership. Bangsa ini butuh pemimpin, bukan hanya sekadar presiden survei," ujar Andreas saat dihubungi, Senin (3/3/2014).
Andreas mengatakan, survei bisa berubah-ubah. Dia pun membandingkan pencalonan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dahulu pada tahun 2009. Ketika itu, SBY memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi. Namun, ternyata tidak ada perubahan yang dilakukan SBY selama masa pemerintahannya.
"Jadi, kalau orang punya karakter jiwa kepemimpinan ini sifatnya konstan. Kalau survei, sifatnya berubah-ubah," ujar Andreas.
Menurut Andreas, kader PDI-P yang saat ini paling siap diajukan sebagai calon presiden adalah Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Ia berpendapat, jiwa kepemimpinan Mega sudah terbukti dengan pengalaman lama memimpin partai dan juga pernah menjadi presiden.
Sementara itu, terkait peluang Jokowi menjadi calon presiden, menurutnya, PDI-P tidak akan terjebak pada faktor ketokohan Jokowi. Partainya, sebut Andreas, akan tetap memegang syarat seorang pemimpin harus sesuai dengan platform yang sudah ditetapkan PDI-P melalui program-program yang sudah disiapkan hingga tahun 2045 mendatang.
Andreas mengatakan, pemimpin muda di PDI-P, termasuk Jokowi, adalah para pemimpin yang potensial. Namun, generasi muda itu perlu diuji oleh waktu. "Di situlah tidak hanya unsur emosional, juga perlu unsur rasionalitas yang bekerja," katanya.
Seperti diberitakan, elektabilitas Jokowi sebagai capres selalu teratas berdasarkan hasil survei berbagai lembaga survei relatif jauh di atas elektabilitas Megawati. Namun, Jokowi tak pernah mau berkomentar mengenai pencapresan dengan alasan fokus pada pekerjaan sebagai Gubernur DKI Jakarta.
PDI-P mengaku memasukkan Jokowi dalam skenario menghadapi Pilpres 2014. Skenario pertama, jika mereka berhasil melewati ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden, sudah ada dua nama di internal yang akan dipasangkan sebagai capres dan cawapres, yakni Megawati Soekarnoputri dan Jokowi.
Skenario kedua, jika suara PDI-P pada Pemilu Legislatif 2014 tidak cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, Jokowi akan dipasangkan dengan cawapres dari partai koalisi. Karena itu, PDI-P baru akan memutuskan pencapresan setelah pileg.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.