Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Keresahan Publik yang Dibicarakan Pengguna Twitter

Kompas.com - 06/02/2014, 17:42 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengguna Twitter di Indonesia banyak membicarakan sejumlah isu publik dalam celotehan-celotehannya di jejaring sosial tersebut. Universitas Paramadina bekerja sama dengan Awesometrics menangkap setidaknya ada 10 isu yang dibicarakan publik terkait dengan lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Peneliti Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina Koesworo Setiawan, dalam rilis hasil penelitian, Kamis (6/2/2014), di Jakarta, mengatakan, lembaga eksekutif paling banyak dibicarakan para pengguna Twitter. Lembaga eksekutif ini terdiri dari pemerintah pusat hingga tingkat kelurahan.

Dalam penelitian yang mencermati celotehan pengguna Twitter selama bulan November-Desember 2013 itu, lembaga eksekutif dibicarakan oleh 44 persen dari total 55 juta pengguna Twitter di Indonesia. Sehingga, total pembicaraan terkait lembaga eksekutif mencapai 221.000 celoteh.

Setelah eksekutif, lembaga yudikatif dibicarakan 145.000 celoteh (29 persen) dan lembaga legislatif 134.000 celoteh (27 persen). Apa saja isu yang dibicarakan terkait ketiga lembaga itu?

Berikut hasil rekapitulasi 10 keresahan publik yang ditangkap dalam penelitian ini:

Terkait lembaga eksekutif:
1. Layanan publik 55,1 persen;
2. Kualitas pendidikan 13,8 persen;
3. Layanan kesehatan 7,5 persen;
4. Hubungan RI-Australia 5,5 persen;
5. Century 5 persen;
6. Polemik MK 3,6 persen;
7. Kinerja jaksa 2,2 persen;
8. Kinerja DPR 2,5 persen;
9. Pemilu 2,5 persen;
10. Berantas korupsi 1,2 persen.

Terkait lembaga legislatif:
1. Hubungan RI-Australia 26,7 persen;
2. Kinerja DPR 18,8 persen;
3. Pemilu 18,8 persen;
4. Korupsi 7,8 persen;
5. Century 7,7 persen;
6. Polemik MK 5,7 persen;
7. Anggaran negara 4,3 persen;
8. Perilaku negatif (plesir ke luar negeri) 3,9 persen;
9. Kinerja jaksa 3,8 persen;
10. Politisi korup 2,3 persen.

Terkait lembaga yudikatif:
1. Layanan kesehatan (kasus kriminalisasi Dokter Ayu) 20,3 persen;
2. Polemik MK 17,2 persen;
3. Hubungan RI-Australia 14,2 persen;
4. Kinerja hakim 11,6 persen;
5. Mafia kasus 11,3 persen;
6. Politisi korup 7,8 persen;
7. Berantas korupsi 5,7 persen;
8. Kinerja jaksa 5,1 persen;
9. Kasus pajak 4,9 persen;
10. Korupsi 1,9 persen.

Dari penelitian ini, Koesworo mengatakan, ketiga lembaga tersebut mengalami defisit kapasitas. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas demokrasi di Indonesia.

"Demokrasi prosedural yang mengabaikan penguatan demokrasi substansial akan sangat mengkhawatirkan," ujar Koesworo.

Associate Director dari Pasca Sarjana Universitas Paramadina Abdul Malik Gismar menilai, banyaknya keresehan publik yang timbul di Twitter memang tidak bisa mewakili suara dari seluruh rakyat Indonesia. Akan tetapi, hal ini bisa menjadi indikasi tidak langsung akan peluang  munculnya golput dalam Pemilu 2014.

"Tapi kalau dilihat, penelitian ini memberikan potret di satu sisi kegalalua, di sisi lain kepedulian," kata Malik.

Penyelenggara pemilu, lanjutnya, berperan besar dalam menggerakkan masyarakat yang kini tengah galau untuk membuat suatu perbaikan.

"Perlu diubah pemikiran itu menjadi kepedulian aktif, bahwa anggota DPR yang terpilih haruslah berintegritas dan berkompetensi," kata Malik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

Nasional
5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

Nasional
Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

Nasional
Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Nasional
Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Nasional
BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Nasional
Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Nasional
Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Nasional
Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Nasional
DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

Nasional
Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Nasional
Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Nasional
TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

Nasional
Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com