Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surya: Buka Topeng Pencitraan Kosong

Kompas.com - 13/01/2014, 10:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS —
 Partai Nasdem mendapat elektabilitas positif meski upaya membangun partai modern ini baru dilakukan sejak didirikan, 1 Februari 2012. Namun, Partai Nasdem tahu diri. Mereka tetap merasa perlu bekerja lebih gigih dan tekun bersama semua pihak untuk gerakan perubahan.

”Mulai ada kesadaran masyarakat, tetapi memang evolutif. Perlu upaya membangun kekuatan baru mengajak masyarakat menertawakan pikiran dan aliran sesat pencitraan yang didasari kepura-puraan. Buka topeng-topeng pencitraan kosong,” ujar Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh saat wawancara khusus di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasdem di Gondangdia, Jakarta, Sabtu (11/1).

Surya menyambut Kompas dengan senyum lebar. Ia spontan menjawab semua pertanyaan sambil sesekali menggambar di notes yang dipegangnya untuk merinci penjelasan dan memukul meja marmer untuk penekanan. Selama tiga jam pertemuan, Surya tetap bertenaga setiap kali berbicara.

Perbincangan diawali dengan melihat kondisi Indonesia hari ini saat banyak pengurus partai politik (parpol) terjerat kasus korupsi, kenapa Nasdem hadir saat apatisme terhadap parpol begitu tinggi dan bagaimana pemerintahan setelah Pemilu 2014.

Mengenai korupsi, ia mengingatkan hal itu sebagai yang dilawan reformasi 1998.

”Setelah 15 tahun, korupsi, kolusi, dan nepotisme yang harusnya hilang atau dikikis malah tumbuh subur. Korupsi kita menggila, juga kolusi. Nepotisme apalagi, bahkan menjadi dinasti,” ujarnya dengan suara bergetar.

KKN juga tumbuh subur di parpol. Gagasan reformasi hanya sebagian kecil yang mewujud, salah satunya kebebasan pers.

Politik gagasan

Karena tumpukan kekecewaan terhadap parpol ini, menurut Surya, masyarakat kehilangan kepercayaan kepada parpol. Wujud kekecewaan itu adalah sikap skeptis, sinis, dan apatis. Padahal, sistem demokrasi yang dipilih Indonesia menempatkan parpol sebagai pilar penyangga utama. Kesadaran ini melahirkan Nasdem yang diharapkan berbeda dari parpol lainnya.

”Indonesia tidak boleh berhenti karena distorsi public trust (kepercayaan publik). Presiden boleh berganti, pemerintahan bisa jatuh bangun, parpol bisa menjadi besar kemudian tenggelam, tetapi Indonesia sebagai bangsa dengan cita-cita harus terus jalan,” katanya.

Menurut Surya, Nasdem didirikan untuk mengisi ruang kosong dalam sistem demokrasi yang muncul karena hilangnya kepercayaan masyarakat kepada parpol. ”Kita gunakan demokrasi. Apa jadinya jika masyarakat tidak percaya kepada parpol?” katanya.

Sebagai alternatif, Nasdem menawarkan politik gagasan yang diklaim berbeda dengan parpol lain. Di tengah cemooh, dipandang sebelah mata, ditertawakan, dan dianggap menggantang asap dengan ilusi kosong, Nasdem menyerukan gerakan perubahan, restorasi yang menurut Surya dibutuhkan Indonesia.

”Indonesia hari ini adalah yang tertinggal dari bangsa-bangsa lain, tetapi kita tidak mau mengakui itu. Kita terninabobokan. Kita mudah sombong dan menepuk dada atas sedikit pujian dari luar negeri untuk hal-hal yang sejatinya kosong. Pijakan obyektif tidak boleh dirancukan dengan pikiran kepentingan pencitraan,” ujar Surya.

Pemerintah kuat

Untuk Indonesia setelah Pemilu 2014, Nasdem mengupayakan kehadiran pemerintah yang kuat. Pemerintah kuat bisa lahir dari pemimpin yang kuat dan mendapat dukungan kuat dari DPR yang sepaham dengan pemerintah. ”Masyarakat memang melihat siapa yang populer. Tetapi, kita doakan agar yang saat ini lemah menjadi kuat. Pemimpin kuat akan menghindarkan pendekatan-pendekatan artifisial penuh pencitraan,” ujar Surya.

Pemerintah yang kuat dicirikan dari kemampuannya membuat kebijakan tidak populer untuk kepentingan strategis Indonesia jangka panjang Indonesia. Surya mendorong mengembalikan peran MPR, penyederhanaan sistem kepartaian, edukasi soal subsidi, ketahanan energi, ketahanan pangan, dan pembangunan infrastruktur. Upaya nonkonvensional penggunaan APBN harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang nyata dirasakan rakyat banyak.

Mengenai calon presiden, Nasdem terbuka kepada siapa pun putra/putri terbaik untuk tampil. Nasdem bersama semua komponen akan memperkuat siapa pun yang kemudian terpilih untuk mewujudkan perubahan. ”Kalau tidak tiga besar, tidak realistis cawe-cawe ngomong capres,” ujarnya. (Wisnu Nugroho/Iwan Santosa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com