Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Berobat ke Luar Negeri untuk Pejabat Itu Menyakiti Rakyat

Kompas.com - 28/12/2013, 18:07 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah dinilai tidak konsisten dalam menjalankan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mulai diterapkan tahun 2014.

Alih-alih membereskan sejumlah hal yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah mempersiapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, pemerintah justru mengeluarkan Peraturan Presiden yang memberikan keluasaan bagi pejabat dan keluargnya untuk berobat gratis ke luar negeri.

Pengobatan gratis ke luar negeri bagi pejabat dan keluarganya tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 105 dan 106 tahun 2013.

"Ini sungguh menyakitkan bagi rakyat," ujar Anggota Komisi IX dari Fraksi PDI Perjuangan, Rieke Dyah Pitaloka dalam siaran pers, Sabtu (28/12/2013).

Menurut Rieke, pemerintah tidak pro pada rakyat miskin. Selain penerbitan Perpres, Rieke menyebutkan alokasi anggaran bagi masyarakat miskin tak mampu hanya Rp 19.225 per orang per bulan.

Pemerintah SBY, kata Rieke, juga bersikeras penerima jaminan kesehatan 2014 yang ditanggung APBN hanya 86,4 juta jiwa. Jumlah itu tak berubah dari jumlah penerima Jamkesmas 2013.

Padahal, lanjutnya, realitas yang ada masih banyak masyarakat yang tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan. Data Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 mencatat jumlah rumah tangga miskin mencapai 25,2 juta.

Logikanya, kata Rieke, penerima Jaminan Kesehatan Sosial harusnya minimal 100,8 juta jiwa dengan asumsi satu keluarga mencapai 4 orang.

Alokasi APBN 2014 untuk Jaminan Kesehatan rakyat miskin dan tak mampu pun hanya Rp 19,9 triliun. Padahal, kebutuhannya mencapai Rp 56,7 triliun.

Sementara untuk kelompok menengah ke atas, Rieke menjelaskan mereka tak akan menggunakan jaminan kesehatan sosial. Hal ini terlihat pada implementasi Kartu Jakarta Sehat atau Jaminan Kesehatan Aceh.

"Entah berapa alokasi dana bagi pejabat negara untuk berobat ke luar negeri. Sungguh tidak adil bagi rakyat sebagai pemilik sah anggaran negara," kata Rieke.

Artis yang kini terjun ke dunia politik ini pun mendesak pemerintah untuk mencabut Perpres tersebut. Dia menegaskan pemerintah tidak boleh mengistimewakan pejabat negara dan mengabaikan hak kesehatan rakyat yang diamanatkan UUD 1945.

"Kalau pejabat mau berobat ke luar negeri pakai saja dana pribadi, jangan pakai uang rakyat," ujarnya.

Lebih lanjut, Rieke meminta agar pemerintah lebih fokus pada persiapan BPJS Kesehatan yang akan mulai dilakukan pada 1 Januari 2014. Misalkan, Rieke meminta agar pemerintah selesaikan 12 aturan turunan terkait BPJS Kesehatan.

"Umumkan pula kepada publik hasil audit PT ASKES dan PT Jamsostek. Mendesak diadakan audit investigasi terhadap kedua BUMN tersebut untuk menghindari dana peserta digunakan sebagai dana politik 2014," kata Rieke.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com