Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati Diyakini Tak Berhasrat Lagi Maju Pilpres

Kompas.com - 16/12/2013, 14:47 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari meyakini Ketua Umum partainya, Megawati Soekarnoputri tak berhasrat maju dalam pemilihan Presiden 2014. Menurut Eva, bahasa yang kerap digunakan Megawati dalam setiap pidato menyiratkan hal itu.

"Berkali-kali dia (Megawati) ngomong sudah tua, sudah cukup, regenerasi saja, dan bicara soal pemimpin muda. Dari sini, sudah sangat jelas pesan Ibu Mega," ujar Eva di Kompleks Parlemen, Senin (16/12/2013).

Anggota Komisi III DPR itu menilai wacana untuk menduetkan Megawati dengan sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai bakal capres dan cawapres dari partainya hanyalah wacana yang tak akan terwujud. Menurut Eva, internal partainya, masih ada yang tengah berusaha mengetes reaksi pasar akan duet ini.

"Istilahnya, itu hanya testing the water," imbuh Eva.

Ia menjelaskan Megawati juga menyadari sebagian besar kader PDI Perjuangan menginginkan Jokowi sebagai Presiden. Namun, Eva melihat keputusan bisa saja berubah mana kala suara dukungan terhadap Megawati meningkat.

"Hanya saja, sekarang bu Mega masih wait and see dan belum ada pikiran seperti itu," imbuhnya.

Lebih lanjut, Eva memastikan hingga saat ini belum ada pembicaraan khusus yang dilakukan partainya terkait rencana pilpres 2014. Jika ada sejumlah skenario yang diungkapkan politisi PDI Perjuangan, sebut Eva, hanyalah pandangan pribadi.

"Keputusan partai nanti itu baru akan diambil dalam forum rapimnas atau rakornas. Walaupun bu Mega punya mandat penuh menentukan Pilpres, tapi dia pasti akan melibatkan seluruh jajaran partai," katanya.

Mega-Jokowi

Seperti diberitakan, PDI Perjuangan mempersiapkan tiga skenario Pilpres 2014. Tiga skenario itu yakni menduetkan Mega-Jokowi, Jokowi dengan kader internal lain, dan Jokowi dengan kader eksternal. Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristianto menuturkan, survei internal partai memunculkan duet Mega-Jokowi yang paling kuat.

"Namun ketika dimunculkan pasangan nama, untuk kepemimpinan ke depan, dari kajian di internal muncul nama bu Mega dan Jokowi," ujar Hasto saat dihubungi Senin (9/12/2013).

Menurut Hasto, nama Mega muncul lantaran kajian internal partai melihat adanya tantangan berat yang harus dihadapi pimpinan ke depan. Seperti persoalan ekonomi global, hingga masalah ketersediaan pangan.

"Sosok bu Mega dilihat sebagai tokoh yang tepat untuk mengatasi persoalan bangsa yang sangat berat," katanya.

Selain itu, lanjut Hasto, Mega juga akan berfungsi sebagai pelindung bagi Jokowi. Menurut Hasto, wacana pencalonan Jokowi saat ini sebagai Presiden sudah menjadi sasaran tembak semua lawan politik. Misalnya, Hasto mengatakan serangan itu datang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Umum Partai Demokrat.

"Sehingga butuh garansi yang melindungi Jokowi. Meski didukung 60 persen masyarakat Indonesia, Jokowi tetap bisa runtuh kalau tanpa pelindung," kata Hasto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com