Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ngotot" Panggil Boediono, Bumerang buat DPR

Kompas.com - 12/12/2013, 19:15 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dewan Perwakilan Rakyat disarankan tidak perlu mendesak Wakil Presiden Boediono untuk memenuhi panggilan Tim Pengawas Bank Century DPR. Jika terus mendesak, pemanggilan itu dinilai bakal menjadi bumerang bagi DPR.

"Secara politik tidak bagus buat DPR kalau ngotot memanggil Boediono meskipun mereka punya kewenangan. Jangan sampai kengototan memanggil Boediono jadi bumerang buat DPR," kata pengamat politik Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, Kamis (12/12/2013).

Sebelumnya, DPR telah mengirimkan surat kepada Boediono untuk hadir memenuhi panggilan Timwas Century pada 18 Desember 2013.

Namun, Boediono memastikan tidak akan hadir dengan berbagai alasan, seperti bakal mengganggu proses hukum, menganggap proses politik di DPR sudah selesai, dan Timwas tak lagi memiliki kewenangan memanggil.

Burhanuddin menduga Boediono memiliki pertimbangan politik untuk menolak hadir. Boediono memanfaatkan sentimen negatif publik terhadap DPR setelah para politisi di DPR terlibat berbagai kasus seperti korupsi.

"Memang DPR bersih-bersih amat? Kan enggak. Itu yang dimanfaatkan Boediono untuk menolak hadir. Publik akan menganggap DPR punya agenda politik tersembunyi. Itu menguntungkan Boediono secara politik. Jadi, hati-hati dengan pemanggilan," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia itu.

Sudah selesai

Burhanuddin berpendapat, proses politik terkait Century sudah selesai setelah DPR memutuskan Boediono selaku Gubernur Bank Indonesia ketika itu bertanggung jawab atas pengucuran dana talangan senilai Rp 6,7 miliar. Sekarang, kata dia, menjadi ranah hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi.

"DPR langsung saja menggunakan hak menyatakan pendapat (HMP). Jadi, tidak lagi berkutat pada wilayah yang sudah diselesaikan DPR beberapa tahun lalu," kata Burhanuddin.

Namun, Burhanuddin yakin kalangan DPR tidak akan mau menggunakan HMP jika KPK belum menyatakan Boediono terlibat dalam kasus Century. Hingga saat ini, Boediono masih sebagai saksi.

"Lagi-lagi ini politik dagang sapi. Menjelang pemilu, ada tarik-menarik di internal koalisi untuk menaikkan posisi tawar. Kalau sudah seperti itu, kita tahu siapa yang paling pintar memainkannya," kata dia sambil tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com