Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Jokowi, Ical dan Prabowo Berpeluang Menangkan Pilpres

Kompas.com - 21/11/2013, 19:39 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie diprediksi menjadi dua tokoh paling berpeluang memenangkan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014. Dengan catatan, PDI Perjuangan tidak mengusung Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon presiden di tahun depan.

Dalam survei yang dilakukan oleh Indikator Politik baru-baru ini, tercatat perolehan suara Prabowo Subianto sebesar 6,9 persen, atayu lebih tinggi dari perolehan suara Ical, yaitu 5,7 persen. Survei itu dilakukan melalui pertanyaan terbuka dan dijawab oleh responden secara spontan.

"Bila calon yang maju adalah Aburizal, Megawati, dan Prabowo, maka kemungkinan Prabowo mendapat suara paling banyak," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2013).

Indikator Politik juga melakukan survei dengan simulasi jumlah calon presiden sebanyak empat pasang. Asumsinya, karena Undang-Undang Pilpres mengatur cukup ketat, dan hanya partai politik yang mendapatkan 25 persen suara nasional atau 20 persen jumlah kursi di DPR yang berhak mengusung pasangan calon presidennya sendiri.

Nama tokoh yang masuk dalam simulasi ini adalah Prabowo, Ical, Jokowi, dan peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Dahlan Iskan. Pertimbangan dari simulasi calon presiden itu adalah karena para figur tersebut berkuasa di partainya masing-masing dan unggul dalam berbagai hasil survei.

Untuk Jokowi dan Dahlan, alasannya adalah karena Gubernur DKI Jakarta itu paling populer dan unggul di banyak hasil survei, sedangkan Dahlan digadang-gadang sebagai orang yang paling berpeluang memenangkan konvensi. Hasilnya, Jokowi menempati posisi paling atas dengan perolehan suara sebanyak 47,4 persen, Prabowo 15,8 persen, Ical 12,6 persen, dan Dahlan 3,7 persen. Selebihnya, 20,5 persen responden belum menentukan pilihannya.

"Tapi kalau Jokowi benar-benar diusung oleh PDI-P (sebagai capres) dan pemilihan dilakukan saat ini, maka Jokowi akan memenangkan dalam satu putaran," pungkasnya.

Survei yang dilakukan Indikator Politik menggunakan desain eksperimental yang dapat diartikan untuk mengetahui hubungan kausal antara independen dan dependen variabel dalam survei opini publik. Jika dalam survei biasanya, hubungan kausal itu hanya berdasarkan asumsi, dalam survei eksperimental sebab bisa ditetapkan lewat sebuah desain.

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum, yalni mereka yang sudah berusia 17 atau lebih, dan atau telah menikah. Jumlah sampel sebanyak 1.200 dan berasal dari seluruh provinsi di Indonesia.

Responden dipilih secara random. Survei ini diklaim memiliki margin of error sebesar 2,9 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Waktu wawancara dilakukan 10-20 Oktober 2013. Survei ini dibiayai oleh Surat Kabar Sinar Harapan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com