"Sepeninggal Gus Dur, praktis PKB mengalami krisis tokoh. Tidak ada lagi tokoh yang mampu menggenjot suara PKB yang terus menurun. Hadirnya tiga nama itu bisa dipastikan taktik dari PKB," ujar pengamat politik dari Pol-Tracking Institute, Hanta Yudha, saat dihubungi, Kamis (31/10/2013).
Hanta menilai, taktik PKB mirip dengan cara yang dilakukan Partai Demokrat. Hanya, PKB tidak memilih jalan konvensi seperti Partai Demokrat karena dikhawatirkan tidak ada peserta yang mendaftar.
Sementara itu, dengan memainkan wacana bursa capres melalui Mahfud, Rhoma, maupun JK, PKB tetap mendapat keuntungan elektoral. Terlebih lagi, lanjutnya, preferensi pemilih Indonesia masih melihat tokoh daripada program partai.
"Oleh karena itu, PKB tengah melakukan simbiosis mutualisme. Bagi PKB, kehadiran tiga tokoh adalah magnet elektoral, sementara untuk tiga tokoh sedang mencari kendaraan politik," ujar Hanta.
Selain tidak ada lagi tokoh yang mumpuni, PKB juga tengah mengalami krisis dukungan akar rumput. PKB yang mulanya memiliki basis kuat dari kalangan warga Nahdlatul Ulama kini tak lagi bisa diandalkan. Suara NU telah terpecah ke partai-partai Islam lain, termasuk ke para pendukung Yenny Wahid.
Menurut Hanta, munculnya tiga nama tokoh ini menunjukkan PKB tengah berusaha keras meluaskan basis massanya. PKB tak akan lagi hanya bergantung pada suara NU. Namun, Hanta berpendapat PKB juga tidak memiliki rencana matang untuk ketiga kandidat itu. Bisa saja, lanjutnya, salah satu tokoh itu dijadikan calon wakil presiden jika PKB gagal meraih suara 20 persen.
"Maka dari itu, para tokoh ini jangan over-confident juga," tuturnya.
Bursa calon presiden di PKB kini semakin sesak dengan kehadiran Jusuf Kalla. Ada 11 pengurus DPW yang tersebar di Indonesia mendeklarasikan dukungan terhadap mantan Wakil Presiden RI itu.
Namun, PKB belum memutuskan pilihan antara JK, Mahfud, maupun Rhoma Irama. PKB menyatakan akan memilih capres berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan partai itu, yakni melalui rapat musyawarah nasional yang akan dilakukan pada 2014.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.