Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU: Rekomendasi Penundaan Penetapan DPT Harus Beralasan Kuat

Kompas.com - 21/10/2013, 21:56 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar Navis Gumay mengatakan, pihaknya hanya menerima rekomendasi dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk menunda jadwal penetapan daftar pemilih tetap (DPT) jika rekomendasi didasari alasan data yang kuat. Rekomendasi juga harus menyebutkan daerah yang harus melakukan penundaan secara spesifik.

"Rekomendasi pengunduran itu boleh saja, silakan saja sampaikan. Kalau mereka (Bawaslu) punya dasar yang kuat, silakan ajukan dan rekomendasikan itu. Tapi saya minta betul dasarnya harus kuat dan bila perlu daerahnya spesifik di mana. jangan main pukul rata," ujar Hadar di Gedung KPU, Jakarta, Senin (21/10/2013).

Ia mengatakan, pihaknya tidak mungkin menunda penetapan DPT secara nasional. Pasalnya, data di beberapa daerah sudah rapi dan siap ditetapkan menjadi DPT. 

Hadar mengatakan, hingga proses rekapitulasi DPT tingkat provinsi berlangsung pada 19 dan 20 Oktober lalu, belum ada rekomendasi baik dari panitia pengawas pemilu (Panwaslu), Bawaslu daerah maupun Bawaslu soal pengunduran DPT.

"Ketika penetapan DPT di daerah, semua pengawas itu hadir dan tidak ada yang mengatakan untuk ditunda penetapannya. Jadi untuk apa penundaan di tingkat pusat, mestinya di bawah (daerah) kalau mau dilakukan, tetapi tidak ada rekomendasi di bawah," jelas Hadar.

Dikatakannya, meski belum ada ada rekomendasi terkait persoalan penetapan DPT, KPU tetap melakukan pembersihan data jika ditemukan kesalahan. "Kalau kami menemukan ada yang tidak beres, tetap kami bersihkan.  Untuk apa menyimpan data kotor," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com