Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap "Underdog", Ical Tak Akan Bisa Saingi Jokowi dan Prabowo

Kompas.com - 18/09/2013, 09:19 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengusungan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie sebagai calon presiden mulai "digoyang". Sebagian elemen di internal Partai Golkar meminta agar pencapresan Ical dievaluasi, mengingat elektabilitasnya yang stagnan. Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, menganggap, Ical merupakan "underdog" di antara sejumlah kandidat lain. Menurutnya, Ical tak akan mampu bersaing dengan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto maupun kader PDI Perjuangan Joko Widodo, yang merajai sejumlah survei.

"Jika dilihat, sosok Ical ini bukan juara. Dia hanya underdog, sulit kalahkan Prabowo dan Jokowi. Ibarat bola gandul, saya selalu katakan pencapresan itu beban bagi partainya," ujar Yunarto, Selasa (17/9/2013).

Yunarto menilai, pendeklarasian Ical terlalu dini. Hal ini, menurutnya, mengakibatkan kader Golkar lebih fokus pada urusan pemilihan presiden dibandingkan pemenangan pemilihan legislatif yang menentukan bisa tidaknya Golkar mengusung capres.

"Golkar pun sudah kehilangan marwah-nya sebagai partai yang berbasis kader karena ribut-ribut urusan Ical ini," katanya.

Riak yang terjadi di internal Golkar terkait pencalonan Ical dinilai Yunarto persoalan klasik yang bisa dihadapi partai ini. Meski demikian, ia yakin rapat pimpinan nasional pada Oktober 2013 mendatang tidak akan mengubah keputusan apa pun atas pencapresan Ical.

"Mungkin yang muncul dalam Rapimnas nanti hanya gerakan dinamis yang mempertanyakan soal nama ical. Momentum apakah Ical akan diganti atau tidak baru akan diketahui setelah keluar hasil pileg. Kalau ternyata suara Golkar tidak bagus, maka bisa jadi partai memunculkan nama lainnya untuk dimajukan sebagai capres," papar Yunarto.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung juga mempertanyakan elektabilitas Ical yang tak merangkak naik secara signifikan. Akbar mengatakan, Ical hanya memiliki waktu sampai akhir Desember 2013 untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Pada Survei Litbang Kompas, Juni 2013, Ical menempati urutan ketiga di bawah Jokowi dan Prabowo. Elektabilitas Ical dalam berbagai survei lain pun rata-rata masih di bawah 10 persen. Hal ini tidak sebanding dengan elektabilitas Partai Golkar yang selalu berada di posisi puncak.

Akbar mengaku mendengar sejumlah ketidakpuasan dan kekhawatiran akan elektabilitas Ical yang tidak menjanjikan. Ia pun berharap agar pengurus daerah tingkat II Partai Golkar dilibatkan dalam forum rapimnas Oktober mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang 'Sapi Perah'

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang "Sapi Perah"

Nasional
Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Nasional
Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis 'Maksiat': Makan, Istirahat, Sholat

Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis "Maksiat": Makan, Istirahat, Sholat

Nasional
Ditanya Kans Anies-Ahok Duet di Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Ditanya Kans Anies-Ahok Duet di Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Nasional
Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Nasional
Resmikan Tambak BINS, Jokowi: Ini Langkah Tepat Jawab Permintaan Ikan Nila yang Tinggi

Resmikan Tambak BINS, Jokowi: Ini Langkah Tepat Jawab Permintaan Ikan Nila yang Tinggi

Nasional
Terus Berpolitik, Ganjar Akan Bantu Kader PDI-P yang Ingin Maju Pilkada

Terus Berpolitik, Ganjar Akan Bantu Kader PDI-P yang Ingin Maju Pilkada

Nasional
Kentalnya Aroma Politik di Balik Wacana Penambahan Kementerian di Kabinet Prabowo-Gibran

Kentalnya Aroma Politik di Balik Wacana Penambahan Kementerian di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Pejabat Kementan Patungan untuk Gaji Pembantu SYL di Makassar Rp 35 Juta

Pejabat Kementan Patungan untuk Gaji Pembantu SYL di Makassar Rp 35 Juta

Nasional
Panglima TNI Perintahkan Pengamanan Pilkada Harus Serius karena Ancaman dan Risiko Lebih Besar

Panglima TNI Perintahkan Pengamanan Pilkada Harus Serius karena Ancaman dan Risiko Lebih Besar

Nasional
Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

Nasional
Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Nasional
Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Nasional
PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara 'Gaib' di Bengkulu

PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara "Gaib" di Bengkulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com