Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paham Terorisme di Indonesia Disebarkan secara Sporadis

Kompas.com - 04/09/2013, 22:30 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pola kaderisasi calon "pengantin" atau relawan bunuh diri yang ada saat ini tidak lagi menggunakan pola sentralistik. Pola sporadis (menyebar) dinilai lebih efektif dan efisien dalam penyebaran ajaran teroris. 

"Awalnya, para calon pengantin itu direkrut melalui sebuah operasi yang dipusatkan di Poso," kata Kapolres Poso AKBP Susnadi saat ditemui wartawan usai penutupan apel Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) yang diikuti jajaran kapolres se-Indonesia di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Rabu (4/9/2013).

Menurut Susnadi, kelompok teroris yang saat ini tersebar di sejumlah daerah merupakan binaan "alumnus" Poso. Para alumnus Poso ini dulunya juga merupakan hasil kaderisasi dari sejumlah daerah dengan pola lama, yakni sentralistik.

Setelah diberi sejumlah pelatihan, baik itu latihan perang maupun pembuatan bom, Susnadi mengatakan, para alumnus Poso itu langsung disebar ke sejumlah daerah untuk kembali melakukan perekrutan. Namun, bedanya, para alumnus Poso itu tidak perlu membawa para calon "pengantin" ke Poso terlebih dahulu untuk dibina.

"Mereka merekrut, kemudian diberi pelatihan di daerah itu, lalu mencari dana dan membuat bom juga di sana," katanya.

Pasca-insiden penembakan terhadap sejumlah polisi beberapa waktu lalu di Tangerang, Susnadi mengatakan jika ia langsung dihubungi Mabes Polri guna mencocokkan pelaku penembakan dengan pola kelompok teroris yang ada di Poso. Menurutnya, ada kesamaan pola antara pelaku penembakan dengan kelompok teroris yang ada di Poso.

"Mentornya ada di sana. Mereka itu mantan dari Afganistan dan Mindanao," terangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com