Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kuliah Tujuh Menit" Fahri untuk KPK

Kompas.com - 27/06/2013, 15:39 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Anggota Komisi III asal Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah menggunakan rapat kerja Komisi III dengan pimpinan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), Kamis (27/6/2013), untuk "menceramahi" dan melayangkan kritik keras terhadap lembaga antikorupsi itu. Agenda rapat sendiri adalah penyampaian laporan kinerja KPK. 

"Kesannya semua politisi itu jahat. Politisi itu pada dasarnya jahat. Ini masalahnya sistem, bukan kejahatan moral. Sebenarnya, ini KPK keliru (pemikiran) atau bagaimana?" kata Fahri.

Ia mengkritik langkah KPK yang terus-menerus menciduk para politisi. KPK, kata Fahri, telah menciptakan gambaran partai politik yang buruk. Padahal, partai politik adalah tumpuan bangsa Indonesia.

"Carilah musuh yang gagahan dikit," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PKS ini.

Fahri juga menyindir upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK salah satunya dengan penyadapan. "Jangan ambil jalan pintas. Jangan bilang apa-apa itu penyadapan dipakai, apa dasarnya," ujar Fahri.

Dalam pernyataannya, Fahri sesumbar bisa mengajari KPK melakukan upaya pemberantasan korupsi tanpa melakukan penyadapan. Ia menuding KPK telah melakukan dosa besar dengan melakukan penyadapan.

"Di dalam Al Quran ini dosa besar. Saya punya dalilnya, yaitu Al Hujurat ayat 12. Jangan pikir saya enggak bisa baca Al Quran, saya bacakan," kata dia.

Sesaat kemudian, Fahri membacakan surat Al Hujurat ayat 12. Berikut inti dari ayat tersebut. 

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani"

Saat membaca ayat itu, Fahri pun membuka tablet-nya dan melantunkan ayat tersebut. Sontak aksi Fahri ini mengundang tepuk tangan dari anggota Komisi III lainnya.

Di ujung pernyataannya, Fahri meminta KPK agar tidak terjebak pada industri media yang saling bunuh. Ia mencurigai ada praktik media yang sengaja untuk menjelekkan PKS.

"Ada lagi bilang, jenggot boleh panjang, lihat perempuan suka banget. Saya enggak terima ini. Sebentar lagi pemilu, demokrasi harus kita jaga jangan menghancurkan parpol," teriak Fahri,  sambil mengacungkan tangannya.

Kolega satu partainya, Aboebakar Al-Habsy, pun memuji "kuliah lebih tujuh menit" yang disampaikan Fahri.

"Terima kasih Ustaz Fahri. Teman saya ini keras, tapi ceramahnya membuka pikiran kita," kata politisi yang kerap disapa "Habib" ini.

Kritik keras memang kerap dilayangkan politisi PKS setelah KPK mengusut kasus dugaan suap terkait impor daging sapi. Kasus ini menyeret mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com