Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Didepak, Bisa Jadi Kursi Menteri PKS Dikurangi

Kompas.com - 12/06/2013, 10:25 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak diundang dalam rapat partai-partai koalisi yang tergabung dalam Sekretariat Gabungan, Selasa (11/6/2013) malam. Pengamat politik dari Pol-Tracking Institute Arya Budi menilai, tidak diundangnya PKS dalam rapat itu dapat dibaca sebagai sinyal sanksi yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada PKS yang menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Apa sanksi yang akan diberikan? Menurut dia, kemungkinan besar adalah pencopotan menteri yang diduduki kader PKS.

"Ganjaran pengurangan menteri itu kemungkinannya lebih besar daripada pendepakan PKS dari koalisi," ujar Arya saat dihubungi, Rabu (12/6/2013).

Menurut Arya, PKS tidak akan dikeluarkan dari koalisi karena SBY pasti mempertimbangkan bahwa keputusan itu justru akan menguntungkan partai pimpinan Anis Matta itu. PKS, kata Arya, saat ini justru sedang menunggu dikeluarkan dari koalisi untuk mendapatkan simpati dari rakyat.

Jika didepak, PKS akan dianggap sebagai partai yang dizalimi pemerintahan SBY karena membela rakyat menolak kenaikan harga BBM.

"(Pendepakan) itu bisa dikapitalisasi PKS dan itu yang ditunggu karena sebelum Setgab tadi malam yang dihadiri semua ketum partai, PKS dalam rapat sebelumnya justru sengaja tidak hadir," ujar Arya.

Ia mengatakan, keputusan tentang nasib PKS sepenuhnya ada di tangan SBY, bukan parta-partai yang duduk di Setgab. "Jika melihat model sikap SBY sejak 2004, setiap pembangkangan politik koalisi atau ketaatan koalisi ganjarannya hanya sampai pada pengurangan jatah menteri," katanya.

Seperti diketahui, semua partai koalisi pemerintahan melakukan pertemuan pada Selasa (11/6/2013) malam. Pertemuan dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain SBY, hadir pula Wakil Presiden Boediono, Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan, Ketua Umum PAN Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Setgab Amir Syamsuddin, Ketua Umum PPP Suryadharma Alie, dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Syarief menjelaskan, Setgab memang sengaja tidak mengundang PKS dalam rapat tadi malam. Menurutnya, sikap itu merupakan bentuk kekecewaan koalisi akan sikap PKS yang menolak kenaikan harga BBM meski telah disepakati dalam koalisi.

"Ini salah satu bentuk kekecewaan kami (dengan PKS)," kata Syarief Hasan di JCC, Jakarta, Selasa (11/6/2013) malam.

Syarief mengatakan, PKS sebagai anggota koalisi diharapkan mendukung suasana strategis untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia secara bersama-sama. Namun, ternyata PKS memiliki pandangan berbeda.

"Kami tentunya sebagai koalisi kecewa," kata Menteri Urusan Koperasi dan UKM itu.

Mengenai sikap Setgab terhadap PKS, Syarief mengatakan belum memutuskannya. "Kami lebih mementingkan menyelamatkan ekonomi Indonesia, kepentingan rakyat. (Tapi) kami tetap kecewa (terhadap PKS)," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Nasional
    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    Nasional
    Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com