Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FITRA: 15 Kementerian Diindikasi Rugikan Negara Rp 8,3 Triliun

Kompas.com - 02/05/2013, 14:18 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2012 semester II, ditemukan 1.950 kasus dengan indikasi kerugian negara sekitar Rp 8,3 triliun dalam pengelolaan keuangan di 15 kementerian. Hal itu terungkap dari hasil telaah yang dilakukan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), dalam rilis yang dikirimkan Direktur Investigasi dan Advokasi FITRA Uchok Sky Khadafi, Kamis (2/5/2013).

Berikut 15 kementerian tersebut:
1. Kementerian Kehutanan, ditemukan 278 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 7,1 triliun ditambah 36.138.280 dollar AS.

2. Kementerian ESDM, ditemukan 72 kasus dengan indikasi kerugian negara Rp 379 ,1 miliar ditambah 28.035.280 dollar AS.

3. Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, ditemukan 76 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 268 ,9 miliar.

4. Kementerian Pertanian, ditemukan 127 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 200 ,4 miliar.

5. Kementerian Komunikasi dan Informatika, ditemukan 198 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 174 miliar ditambah dengan 13.720 dollar AS.

6. Kementerian Agama, ditemukan 572 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 79 miliar ditambah 149.510 dollar AS.

7. Kementerian Sosial, ditemukan 115 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 17,6 miliar

8. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, ditemukan 115 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 17 miliar ditambah 186.800 dollar AS

9. Kementerian Perhubungan, ditemukan 167 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 11 miliar ditambah 145.130 dollar AS

10. Kementerian perumahaan Rakyat, ditemukan 138 kasus dengan indikasi kerugian negara Rp 7,9 miliar

11. Kementerian Kelautan dan Perikanan, ditemukan 138 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 7,6 miliar

12. Kementerian Koperasi dan UKM, ditemukan 17 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 5,7 miliar

13. Kementerian Hukum dan HAM, ditemukan 71 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 2,4 miliar

14. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, ditemukan 14 kasus dengan indikasi kerugian negaran sebesar Rp 888 juta

15. Kementerian PAN dan Refromasi Birokrasi, ditemukan 6 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 566 juta

Uchok mengatakan, data tersebut menunjukkan ada masalah serius dalam pengelolaan APBN di kementerian yang dipimpin oleh menteri asal partai politik. "Indikasi kerugian negara ini sangat merugikan masyarakat sebagai pembayar pajak," kata Uchok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com