Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramalan Soeharto Abad Ke-21

Kompas.com - 09/04/2013, 09:29 WIB
Joseph Osdar

Penulis

KOMPAS.com - Kamis siang, 5 September 1996, di Istana Negara, Jakarta, Presiden Soeharto menyampaikan pidato pembukaan Pekan Kerajinan Indonesia Ke-7. Dalam pidatonya, Soeharto meramalkan, di abad ke-21, peranan utama dalam kehidupan dan pembangunan bangsa Indonesia terletak di tangan rakyat dan dunia usaha. Kini, kita berada di abad ke-21.

”Beberapa tahun lagi abad ke-20 akan kita tinggalkan dan kita akan memasuki abad ke-21. Berbeda dengan abad ke-20, maka abad ke-21 yang akan datang adalah zaman yang mengharuskan semua bangsa meningkatkan kerja sama yang erat. Di lain pihak, juga merupakan zaman yang penuh dengan persaingan yang ketat,” kata Soeharto saat itu.

Tahun 2003, kata Soeharto, kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas, dan tahun 2010, kawasan Asia Pasifik akan membuka diri bagi masuknya barang dan jasa dari negara-negara berkembang sebagai wujud kerja sama APEC. ”Pada tahun 2020, kita harus membuka lebar-lebar pasar kita bagi produk-produk negara maju. Perkembangan ini akan membawa pengaruh besar bagi kehidupan dan pembangunan bangsa kita,” lanjutnya.

Dalam situasi demikian, menurut dia, peranan utama dalam kehidupan dan pembangunan bangsa akan berada di tangan dunia usaha dan rakyat sendiri, tidak lagi di tangan pemerintah. Pemerintah akan lebih banyak mengemban peran tut wuri handayani. Dalam arti, ke dalam, pemerintah harus mengembangkan kemampuan rakyat dengan memberi peluang dan kesempatan lebih besar untuk mengembangkan kreativitas dan prakarsa. Ke luar, pemerintah harus meningkatkan daya saing di seluruh aspek kehidupan.

Menghadapi abad ke-21, Soeharto menunjukkan pentingnya mengembangkan industri kecil dan kerajinan rakyat. Namun, dalam kenyataan, sebelum masuk abad ke-21, Soeharto jatuh.

Pengamat dan penulis masalah politik dan sosial, Sukardi Rinakit, mengatakan, ramalan Soeharto benar. Tahun 1998, krisis segala bidang kehidupan Indonesia mencapai puncaknya. Akan tetapi, kata Sukardi, ekonomi bisa selamat berkat kreativitas rakyat dalam usaha kecil dan menengah. ”Krisis ekonomi 1998 teratasi karena kreativitas rakyat dalam usaha kecil dan menengah lagi. Berkat penyelamatan itu, usaha besar bisa tumbuh,” ujar Sukardi.

   Usaha kecil rakyat jadi penyelamat. Maka, pengusaha besar, menurut Sukardi, harus bisa menjaga kelangsungan kehidupan ini, antara lain mengurangi emisi, menjaga lingkungan hidup, menanam banyak pohon, dan ikut mengurangi banjir.

”Ikut mencegah banjir dan menanam pohon di halaman? Wah, itu sulit dan bisa menutup umbul-umbul yang kami pasang. Kami, kan, showroom mobil. Namun, akan saya usulkan ke pimpinan saya,” ujar pemimpin showroom mobil Jepang di Ciledug Raya, Jakarta. Wuih, demi umbul-umbul? (J Osdar)

Cerita lain dari Sisi Lain Istana dan Parlemen dapat diikuti dalam topik:
Sisi Lain Istana dan Parlemen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

    Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

    Nasional
    Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

    Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

    Nasional
    Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

    Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

    Nasional
    KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

    KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

    Nasional
    Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

    Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

    Nasional
    Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

    Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

    Nasional
    Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

    Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

    Nasional
    Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

    Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

    Nasional
    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

    Nasional
    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Nasional
    Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Nasional
    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Nasional
    Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Nasional
    Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

    Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

    Nasional
    SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

    SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com