Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanksi Sosial untuk Partai Politik Islam Lebih Berat

Kompas.com - 11/03/2013, 09:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Sanksi sosial terhadap partai politik Islam yang terlibat korupsi dinilai lebih berat dari pada sanksi sosial terhadap partai nasionalis. Hal itu terjadi karena harapan masyarakat terhadap partai politik Islam dan politisi dari partai itu lebih besar daripada politisi partai nasionalis.

Demikian benang merah dalam diskusi Pemimpinku Berkarakter Quran: Perspektif Menghadapi 2014, di Jakarta, Minggu (10/3/2013). Pembicara dalam diskusi itu adalah Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar; mantan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault; Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia Bachtiar Nasir; pengajar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Burhanuddin Muhtadi; dan Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia Syafii Antonio.

Menurut Burhanuddin, masyarakat mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap politisi dari parpol Islam. ”Masyarakat tentu berharap perilaku politisi dari partai Islam lebih baik daripada partai non-Islam,” katanya. Namun, nyatanya, perilaku politisi partai politik Islam tak jauh berbeda dengan politisi lain.

Kasus korupsi yang melibatkan sejumlah politisi dari partai Islam menunjukkan bahwa politisi partai Islam tidak bisa mewujudkan kesesuaian antara perkataan dan tindakan. ”Akibatnya, partai Islam akhirnya hanya dianggap ’jualan agama’ saja,” kata Burhanuddin.

Karena politisi dari partai Islam diharapkan berperilaku lebih baik, saat mereka terlibat korupsi, masyarakat akan memberi sanksi yang lebih berat. ”Itulah kenapa elektabilitas partai Islam beberapa tahun ini menurun, padahal secara sosiologis masyarakat Indonesia makin Islami,” kata Burhanuddin.

Pragmatisme politik

Bachtiar memaparkan, banyak politisi dari partai Islam yang tidak berperilaku sesuai nilai-nilai Al Quran. Mereka dinilai tak bisa mengelak dari tuntutan pragmatisme politik. ”Politisi parpol Islam itu kurang tangguh dalam menerapkan nilai-nilai agama sehingga perilaku mereka tak ekuivalen dengan ajaran agama,” ujarnya.

Menurut Adhyaksa, karakter politisi Islam di Indonesia sekarang sangat jauh dari karakter para pemimpin Islam pada masa lalu. ”Para khalifah Islam pada masa lalu itu sangat memerhatikan rakyat sehingga ada khalifah yang menjabat sebentar saja sudah bisa membuat rakyat sejahtera. Ini yang enggak terjadi sekarang,” paparnya.

Syafii Antonio menyatakan, terjebaknya politisi Islam dalam perilaku korup terjadi karena mereka tak mampu menahan godaan untuk memperkaya diri sendiri. ”Sekarang kan, di mana-mana politisi harus mengeluarkan uang banyak untuk menjabat sehingga begitu menjabat mereka harus berupaya untuk balik modal,” ungkapnya. (K02)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com