Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksi Duga Cek Perjalanan Terkait Pemilihan DGS BI

Kompas.com - 13/08/2012, 14:45 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah saksi yang dihadirkan dalam persidangan mantan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI) 2004 Miranda Goeltom, Senin (13/8/2012), di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, mengungkapkan, mereka menduga uang yang diberikan dalam bentuk cek perjalanan terkait dengan pemenangan Miranda.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 1999-2004 asal Fraksi TNI/Polri, Udju Djuhaeri, mengemukakan, ia menerima cek perjalanan senilai Rp 500 juta pada 8 Juni 2004. Cek tersebut diambilnya di sebuah kantor di Jalan Riau, Menteng, yang diketahui sebagai kantor Nunun Nurbaeti.

"Iya (ada dugaan terkait pemilihan DGS BI) karena saya hanya menerima itu tidak lama waktunya dengan pemilihan," kata Udju di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin.

Meskipun demikian, Udju mengaku tidak memilih Miranda sebagai DGS BI 2004 dengan alasan tidak ada komitmen untuk itu. Dia mengaku tidak pernah diminta Nunun untuk memilih Miranda.

Sebelum pemilihan DGS BI berlangsung di parlemen, Udju mengaku pernah bertemu dengan Miranda bersama anggota DPR Fraksi TNI/Polri lainnya. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 30 - 35 menit di kantor Graha Niaga, depan Ratu Plaza, Jakarta itu, Miranda memaparkan visi dan misinya sebagai calon DGS BI.

Saat itu, Udju mengaku diundang Miranda. "Saya diundang. Undangannya per telepon, diundang untuk makan malam bersama. Ada pembicaraan, ngobrol-ngobrol masalah kekeluargaan," ungkapnya.

Saksi lainnya, anggota DPR 1999-2004 asal Fraksi TNI/Polri, Darsup Yusuf, mengaku ikut dalam pertemuan dengan Miranda di Graha Niaga tersebut. Menurut Darsup, dalam pertemuan itu Miranda menyampaikan soal pamflet yang dinilainya mendiskreditkan kehidupan pribadinya yang tidak harmonis.

"Kami hanya mendengar dari Bu Miranda. Dalam pertemuan itu Miranda menyampaikan soal pamflet yang mendiskreditkan kehidupan pribadi yang tidak harmonis. Tapi setelah itu, enggak disinggung lagi," tuturnya. Darsup juga mengaku menerima cek perjalanan bersamaan dengan Udju.

Keterangan senada disampaikan anggota DPR 1999-2004 asal Fraksi TNI/Polri, Suyitno, yang juga bersaksi dalam persidangan hari ini. Menurutnya, meskipun Miranda tidak menyampaikan langsung agar anggota dewan tidak menanyakan masalah keluarganya dalam fit and proper test DGS BI 2004, Suyitno bisa menangkap kalau dalam pertemuan dengan Fraksi TNI/Polri itu Miranda menunjukkan ketidaknyamanannya jika masalah itu dipertanyakan nanti.

"Ibu Miranda tidak pernah mengatakan, tolong jangan ditanya lagi masalah keluarga, tapi kan dengan beliau menyatakan itu, menunjukkan beliau tidak nyaman," ujarnya.

Menanggapi keterangan saksi Suyitno ini, Miranda kembali menegaskan tidak pernah meminta ke anggota DPR fraksi TNI/Polri agar tidak menanyakan masalah keluarganya dalam fit and proper test calon DGS BI.

Dalam kasus ini Miranda didakwa menyuap anggota DPR 1999-2004 terkait pemilihannya sebagai DGS BI 2004. Miranda bersama-sama Nunun Nurbaeti atau masing-masing bertindak sendiri, memberi cek perjalanan Bank Internasional Indonesia (BII) senilai Rp 20,8 miliar melalui Ari Malangjudo ke anggota DPR 1999-2004, antara lain, Hamka Yandhu (fraksi Partai Golkar), Dudhie Makmun Murod (fraksi PDI Perjuangan), dan Endin Soefihara (fraksi PPP).

Cek Perjalanan senilai Rp 20,8 miliar tersebut merupakan bagian dari total 480 cek perjalanan BII senilai Rp 24 miliar. Adapun Nunun divonis dua tahun enam bulan karena dianggap terbukti sebagai pemberi suap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com