JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Partai Amanat Nasional Didik J. Rachbini menilai pemberian grasi kepada warga negara Australia Schapelle Leigh Corby oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah akibat kekurangcermatan para pembantunya.
Didik juga menilai apa yang diberikan kepada Corby merugikan bangsa Indonesia. "Pemberian grasi itu saya kira lebih banyak kesalahan penasihat-penasihat Presiden dalam memberikan masukan," kata Didik Rachbini saat memaparkan makalah bertema Narkoba dan Masa Depan Remaja di Jakarta, di Apartemen Park Royal, Jakarta Pusat, Sabtu (26/5/2012).
Menurut Didik, jika dasarnya adalah memperkuat kerjasama bilateral, terutama dalam diplomasi terkait hukuman tahanan dari masing-masing negara, maka apa yang menjadi masukan para penasihat Presiden kurang tepat.
Pasalnya, jika dilihat dari sisi jumlah korban narkoba di Indonesia, apa yang dilakukan perempuan berjuluk "Ratu Ekstasi Australia" itu merugikan banyak warga Indonesia.
"Soal tukar-menukar itu sangat tidak tepat. Ratusan orang muda hancur karena tindakannya. Lebih banyak yang dihancurkan Corby dibandingkan yang akan diselamatkan," tegas Didik.
Apalagi, Corby tergolong gembong narkoba. Pemberian grasi justru tidak memberikan efek jera dan terapi kejut pada para pengedar kelas elit. "Justru terhadap gembong-gembongnya sanksi hukumnya harus tegas supaya memberikan shock terapy," tandas Didik.
Calon wakil gubernur DKI Jakarta ini berharap ke depan pemerintah Indonesia akan bersikap tegas terhadap pelaku kejahatan narkoba. Dasar pemberian hukuman tidak hanya melalui pertimbangan kuantitas tapi juga kualitas kejahatan dan dampaknya terhadap hidup masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.