Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan: Pluralisme Ditentukan Negosiasi Politik

Kompas.com - 20/05/2012, 17:08 WIB
Kontributor Yogyakarta, Sutarmi

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sultan Hamengku Buwono X meminta pemikir Islam meluruskan pengertian pluralisme supaya tidak ada kerancuan yang bisa membangkitkan pertikaian. Sebab, keseragaman bukan pilihan bagi masyarakat yang beragam.

"Muslim di Indonesia terbiasa dengan keberagaman beragama. Namun, diterima hanya sebagai fakta, bukan sebuah prinsipnya yang mengarahkan. Masa depan pluralisme di Indonesia masih ditentukan oleh negosiasi politik antara elite agama dengan negara, bukan oleh nilai-nilai yang diakui bersama. Akibatnya, toleransi keagamaan di Indonesia berdiri di atas pijakan pluralisme yang rapuh," kata Sultan dalam acara "Mengukuhkan Kembali Identitas Kebhinekaan Indonesia: Berangkat dari Yogyakarta", Minggu (20/5/2012).

Sultan juga mengajak masyarakat memandang kebhinekaan atau pluralitas sebagai unsur perekat dan kekuatan bangsa, bukan sebaliknya menjadi kelemahan yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Masalah pluralisme lebih disebabkan oleh perbedaan pandangan terkait arti dari pluralisme dalam arti bahasa Inggris dengan pluralisme sebagai paham religius artifisial.

"Dalam paparan ini saya tidak hendak membatasi pada satu pengertian tentang pluralisme dan memetakan kelompok yang pro dan kontra. Agar dapat bersikap obyektif dan jujur, izinkanlah saya menawarkan alternatif jalan tengah dengan meminimalisir penggunaaan terminologi 'pluralisme' karena 'pluralisme' itu sangat beragam," kata Sultan.

Selain itu, Sultan mengajak seluruh masyarakat Yogyakarta untuk meneguhkan kembali jati diri bangsa sebagai penghuni negara maritim. Dengan mengubah paradigma agraris tradisional ke arah paradigma maritim yang rasional dan berwawasam global.

Menurut Sultan, kegemilangan masa lalu akan hanya menjadi wacana tanpa makna jika memang kepemimpinan nasional tidak segera memutar kendali ke arah visi negara maritim. "Mari kita jaga jangan sampai Indonesia menjadi negara gagal yang menunggu saat keruntuhannya. Karena itu, kerja-kerja pembangunan yang mengokohkan peradaban bangsa hendaknya dilakukan secara menyeluruh berkelanjutan tanpa meninggalkan aspek-aspek spiritual bangsa. Kemajuan sains dan teknologi harus didasari spiritualitas sebab, jika tidak, hanya akan menghasilkan pembangunan yang timpang, menghamburkan potensi akal, dan kurang membawa kemaslahatan," papar Sultan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Nasional
Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Nasional
Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Nasional
Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com