JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Golkar merasa kehilangan jika benar Partai Keadilan Sejahtera keluar dari koalisi pemerintahan. Meski demikian, Partai Golkar mengaku tak akan mencampuri masalah PKS lantaran keputusan sepenuhnya di tangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Kalau ujungnya pergeseran, kami kehilangan teman seiring sejalan membangun dengan cara dan ciri khas masing-masing. Jujur kita kehilangan," kata Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso di Komplek DPR, Jakarta, Rabu (4/4/2012).
Priyo mengatakan, pihaknya tak akan mencampuri masalah kebijakan PKS soal bahan bakar minyak bersubsidi. Namun, pihaknya dapat memahami kritikan dari anggota koalisi lain, khususnya Partai Demokrat, terkait sikap PKS yang kerap berseberangan dengan kebijakan koalisi.
"Lebih baik kami tidak terlalu jauh untuk komentar apakah ada pelanggaran dalam butir kontrak atau tidak. Tapi nyatanya banyak pihak gundah terhadap pandangan PKS. Lebih baik menahan diri, tidak terlalu ikut campur," kata Wakil Ketua DPR itu.
Ketua DPP PKS Fachri Hamzah mengaku tak mengerti apa maksud dari pernyataan Sekretaris Setgab Syarif Hasan seusai pertemuan para pemimpin parpol koalisi di Cikeas semalam. Jika maksud pernyataan itu adalah PKS dikeluarkan dari koalisi, menurut Fachri, seharusnya dilakukan dengan cara yang beretika.
"Dia (Syarif) itu lagi ngomong apa? Saya nggak ngerti. Kita nggak tahu karena kita nggak diajak (pertemuan). Di pimpinan PKS kesimpulannya bahwa pernyataan yang bisa dimengerti dari Pak SBY. Kan Pak SBY yang minta dulu (PKS bergabung koalisi). Sebab, kita mulainya dengan baik-baik. Makanya kita menunggu saja keputusan Pak SBY," kata Fachri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.