Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antasari Minta Polri Usut Oknum Pengirim SMS

Kompas.com - 06/09/2011, 21:28 WIB
Maria Natalia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar mengungkapkan bahwa dirinya telah melaporkan kepada Markas Besar Polri mengenai kecurigaan adanya orang yang menyalahgunakan nomor teleponnya untuk mengirimkan pesan singkat ancaman kepada Nasrudin Zulkarnaen. Ia mengaku tak pernah mengirimkan pesan tersebut.

Antasari menganggap pelaporan tersebut sebagai pintu masuk untuk mengungkapkan kasus pembunuhan PT Rajawali Putra Banjaran itu. "Pintu masuk pertama adalah saya melaporkan ke Mabes Polri tentang adanya oknum yang menggunakan nomor saya untuk mengancam orang lain. Yang semula dalam dakwaan saya dituduh dan karena saya tidak berbuat. Fakta di persidangan berkata seperti itu, saya laporkan ke Mabes Polri. Itu pintu pertama," ujar Antasari di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (6/9/2011).

Menurutnya, dari fakta persidangan disebutkan ada namanya dari SMS tersebut. Padahal, kata Antasari, dari analisis ahli teknologi informasi (TI), Agung Harsoyo, disebutkan, CDR nomor milik Nasrudin tidak ada nomor Antasari.

"Fakta persidangan mengatakan bahwa ada phone book atas nama saya. Ahli mengatakan, berdasarkan analisa dari CRD tidak ada SMS dari saya. Artinya ada nomor saya dan orang lain, kan. Usut dong. Yang jelas, saya tidak pernah bikin itu. Saya sudah lapor itu, tetapi belum ditanggapi (Mabes Polri)," tuturnya.

Selain itu, ia berencana akan menghadirkan saksi dan bukti-bukti lainnya. Ditanya selengkapnya mengenai rencana tersebut, Antasari memilih tidak menyampaikan untuk saat ini.

"Pintu masuk yang lain nanti dalam pembuktian kami menghadirkan saksi-saksi dan bukti-bukti yang lain. Namun, kami tidak sampaikan sekarang demi untuk kelancaran penyidikan," tuturnya.

Ketika ditanyakan apakah rencana menjerat dirinya karena ia tengah mengungkap kasus TI Komisi Pemilihan Umum, Antasari hanya menjawab secara gamblang. Menurutnya, jika ia bukan Ketua KPK yang gencar memberantas korupsi, dirinya tak mungkin meringkuk di LP Tangerang.

"Kalau saya bukan ketua KPK yang saat itu sedang gencar memberantas korupsi. Apakah saya akan menjalankan seperti ini (jadi terpidana). Itu justru yang saya tanya kepada anda (media). Apakah saya seorang pembunuh? Saya kira itu, kalau saya menjawab itu (terkait kasus TI KPU), ya, Anda harus butuh pembuktian. Jika tidak, kenapa saya ada pada status terpidana," paparnya.

Meskipun merasa diperlakukan tidak adil, suami dari Ida Laksmiwati ini kembali mengucap syukur terhadap jalan yang tengah dihadapkan kepadanya. Ia meminta agar media terus mengawal kasusnya, terutama pengungkapan oknum di balik pesan ancaman tersebut.

"Tapi saya sudahlah. Saya syukuri, saya ikhlas jalani. Seorang napi seperti saya. Saya masih bisa berbuat dan bersedekah. Saya kira itu semua yang saya katakan tadi entry masuk membongkar ini. Tolong dikawal laporan saya ke Mabes Polri. Siapa yang membuat SMS itu," ujarnya.

Seperti yang diketahui, Antasari mengungkapkan bukti hasil penyadapan KPK terhadap nomor telepon yang digunakan almarhum Nasrudin dan dirinya dari tanggal 6 Januari hingga 4 Februari 2009. Ini ia sampaikan di depan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Dari hasil penyadapan itu, ia menyebutkan tidak ada SMS berupa ancaman yang berbunyi, "Maaf Mas, masalah ini cukup kita berdua saja yang tahu, kalau sampai ter-blow up, tahu konsekuensinya". Pesan ini disebutkan berasal dari nomor Antasari. Namun, ia membantah pernah mengirimkan pesan tersebut kepada Nasrudin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

    Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

    Nasional
    Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

    Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

    Nasional
    Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

    Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

    Nasional
    PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

    PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

    Nasional
    PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

    PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

    Nasional
    Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

    Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

    Nasional
    Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

    Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

    Nasional
    Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

    Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

    Nasional
    Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

    Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

    Nasional
    Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

    Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

    Nasional
    Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

    Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

    Nasional
    Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

    Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

    Nasional
    Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

    Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

    Nasional
    May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

    May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

    Nasional
    Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

    Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com