Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Tuntaskan Masalah PNS Honorer

Kompas.com - 02/08/2011, 18:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta pejabat terkait segera menyelesaikan masalah perekrutan pegawai negeri sipil honorer. Presiden meminta pemerintah mencermati kebutuhan PNS untuk menjalankan roda pemerintahan.

Presiden mengatakan, sepanjang tahun 2004-2009, tak kurang satu juta PNS honorer telah diangkat menjadi pegawai tetap. Masalah pengangkatan PNS honorer dipandang penting guna memberikan kejelasan status mereka sehingga hal ini tak mengganggu kinerja mereka.

Terkait hal ini, Presiden menggelar sidang kabinet terbatas yang membahas mengenai Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi PNS dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pegawai Tidak Tetap.

"Dalam rangka membangun good governance dan birokrasi yang mempunyai kapabilitas, kita persyaratkan integritas dan kapabilitas pegawai karena mereka penggerak administrasi dan birokrasi," ujar Presiden di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (2/8/2011).

Presiden juga mengingatkan, pengangkatan PNS honorer menjadi pegawai tetap harus mempertimbangkan asal proporsionalitas.

Secara terpisah, Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Sadu Wasistiono di Batam, Selasa, seperti dilansir Antara, mengatakan, sebanyak 124 dari 491 kabupaten/kota di Indonesia tidak mampu membayar gaji PNS karena keuangannya defisit. "Kabupaten/kota itu mengalami defisit karena biaya belanja pegawai terlalu banyak," kata Sadu enggan merinci nama-nama kabupaten/kota yang tidak mampu membayar gaji pegawai.

Besarnya biaya belanja pegawai disebabkan banyaknya tunjangan yang harus dibayarkan kepada setiap PNS dan banyaknya jumlah PNS di masing-masing pemerintah daerah. "Pemerintah daerah setiap tahun mengangkat PNS, tetapi belum tentu dibutuhkan," katanya.

Guru besar Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) itu juga menyoroti banyaknya wali kota atau bupati mengangkat PNS berdasarkan janji-janji saat kampanye. "Pengangkatan hanya berdasarkan dia waktu kampanye menjadi juru kampanye sehingga ketika menang diangkat menjadi PNS sebagai balas jasa," katanya.

Guna mengatasi ketidakmampuan pemerintah membayar gaji PNS, Sadu mengatakan, pemerintah pusat mengusulkan moratorium agar pemda menghentikan pengangkatan PNS baru hingga dua tahun ke depan. Dengan moratorium, diharapkan jumlah PNS akan berkurang sekitar 200 hingga 250 orang tiap tahun karena pensiun. "Kini moratorium itu sedang digodok," ujar Sadu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com