Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minimal, Ada 65 Juta Orang Merokok Tiap Hari

Kompas.com - 27/07/2011, 12:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia memaparkan hasil penelitian terkait jumlah perokok di seluruh Indonesia sejak tahun 1995 hingga tahun 2010. Menurut peneliti Lembaga Demografi FE UI, Abdillah Ahsan, saat ini prevelansi perokok melonjak. Perokok usia 15 tahun ke atas mengalami kenaikan dari 27 persen tahun 1995 mencapai 34,7 persen pada tahun 2010. Ia memperkirakan, hingga saat ini minimal ada 65 juta orang yang merokok setiap hari.

"Peningkatan jumlah perokok yang meroket ini mengkhawatirkan karena akan mempengaruhi meningkatnya beban penyakit akibat merokok," ujar Abdillah dalam public release Lembaga Demografi FE UI, di Hotel Ibis, Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2011).

Dari perhitungan jumlah tersebut, menurut Abdillah, jumlah perokok laki-laki dewasa pada tahun 1995 mencapai 53 persen. Namun, pada tahun 2010, jumlah perokok pria meningkat menjadi 66 persen.

"Dengan kata lain, jika di tahun 1995 1 dari dua laki-laki dewasa merokok, pada tahun 2010 meningkat menjadi 2 dari 3 laki-laki dewasa yang merokok," tambah Abdillah.

Sementara itu, untuk hasil penelitian Lembaga Demografi FEUI terhadap jumlah perokok perempuan tercatat pada tahun 1995 sebesar 1,7 persen meningkat menjadi. 4,2 persen pada tahun 2010.

"Hal ini berarti dalam waktu 15 tahun terjadi peningkatan dua kali lipat dari jumlah wanita dewasa perokok. " katanya.

Menurut Abdillah, salah satu penyebab meningkatnya jumlah perokok di Indonesia karena lemahnya peraturan  pengendalian konsumsi rokok. Padahal, Indonesia disebut-sebut menjadi negara yang menjadi incaran industri rokok internasional.

"Lemah pengendalian ini seperti tidak adanya pelarangan iklan rokok, harga rokok yang murah, tidak ada peringatan kesehatan bergambar di bungkus rokok dan belum efektifnya kawasan tanpa rokok," jelas Abdillah.

Berbagai kelemahan pemerintah dalam pengendalian rokok inilah yang menarik minat besar dari industri rokok, terutama rokok internasional untuk masuk dalam pasar rokok dalam negeri. Beberapa diantaranya Philip Morris International yang membeli 98 persen saham PT. HM. Sampoerna pada tahun 2005, BAT yang membeli 57 persen saham PT Bentoel International Investama milik Indonesia. Terakhir, perusahaan rokok dari Korea KT & G yang pada Juli 2011 ini telah membeli 60 persen saham dari PT Trisakti Purwosari.

"Sudah ada tiga raksasa perusahaan rokok multinasional yang menguasai industri rokok dalam negeri. Ini mengakibatkan Indonesia terperangkap dalam industri rokok yang mengkhawatirkan," tutup Abdillah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Bakal Bentuk Satgas Judi Online, Ketuanya Menko Polhukam

Pemerintah Bakal Bentuk Satgas Judi Online, Ketuanya Menko Polhukam

Nasional
PPP Kecewa MK Tolak Gugatannya Terkait Pileg 2024

PPP Kecewa MK Tolak Gugatannya Terkait Pileg 2024

Nasional
Disiapkan PKB Maju Pilkada Jakarta, Ida Fauziyah: Masih Diproses ...

Disiapkan PKB Maju Pilkada Jakarta, Ida Fauziyah: Masih Diproses ...

Nasional
Djoko Susilo Ajukan PK Kedua, Pengacara: Ada Novum yang Bisa Membebaskan

Djoko Susilo Ajukan PK Kedua, Pengacara: Ada Novum yang Bisa Membebaskan

Nasional
Rakernas Pertama Tanpa Jokowi, PDI-P: Tidak Ada Refleksi Khusus

Rakernas Pertama Tanpa Jokowi, PDI-P: Tidak Ada Refleksi Khusus

Nasional
Ida Fauziyah Sebut Anies Baswedan Masuk Radar PKB untuk Pilkada DKI 2024

Ida Fauziyah Sebut Anies Baswedan Masuk Radar PKB untuk Pilkada DKI 2024

Nasional
Soal Undangan Jokowi ke Rakernas PDI-P, Puan: Belum Terundang

Soal Undangan Jokowi ke Rakernas PDI-P, Puan: Belum Terundang

Nasional
Kata Kemenkes soal Gejala Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 yang Merebak di Singapura

Kata Kemenkes soal Gejala Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 yang Merebak di Singapura

Nasional
Dewas Sebut KPK Periode Sekarang Paling Tak Enak, Alex: Dari Dulu di Sini Enggak Enak

Dewas Sebut KPK Periode Sekarang Paling Tak Enak, Alex: Dari Dulu di Sini Enggak Enak

Nasional
MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

Nasional
Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa 'Dikit' Viralkan

Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa "Dikit" Viralkan

Nasional
Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Nasional
Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema 'Student Loan' Imbas UKT Mahal

Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema "Student Loan" Imbas UKT Mahal

Nasional
Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Nasional
Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com