Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Atas Gendang Siapa Nazar "Menari"?

Kompas.com - 06/07/2011, 18:27 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan menduga adanya pihak lain yang sengaja mengendalikan M Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, untuk menghancurkan partainya. Pihak lain tersebut, katanya, cemburu pada kejayaan Partai Demokrat dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Dewan Pembina Partai Demokrat sehingga berupaya menggoyang kredibilitas Presiden dan partainya.

"Apakah Nazaruddin bisa sedemikian tega? Dia menari terus, menari terus dihentakan rantak gendangnya orang lain di sana," kata Ramadhan saat mendatangi Gedung KPK Jakarta, Rabu (6/7/2011).

Hal tersebut dikemukakan Ramadhan menanggapi tudingan-tudingan terhadap sejumlah kader Partai Demokrat yang disampaikan Nazaruddin melalui kuasa hukumnya, OC Kaligis, dan melalui Blackberry Messenger. Nazaruddin adalah tersangka dalam kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan.

"Tentu orang lain itu mempunyai agenda, ya, yang tentu saja buruk untuk partai kami," ucap Ramadhan.

Saat ditanya, siapakah pihak di belakang Nazaruddin tersebut, Ramadhan enggan merincinya. Dia hanya menyebutkan bahwa pihak itu berasal dari eksternal Partai Demokrat. Ketika disinggung soal Mr A yang pernah diungkapkan Ramadhan sebagai pihak yang bermain di pusaran kasus Nazaruddin itu, anggota Komisi I DPR itu enggan berkomentar.

"Saya tidak usah masuk ke spesifikasi yang itu dulu. Tetapi yang jelas, Nazar sedang menari di atas genderang orang lain," ujarnya.

Ramadhan juga mengatakan, semua tudingan yang dilancarkan Nazaruddin merupakan fitnah yang tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya. Partainya merasa sangat terganggu dengan tudingan-tudingan anggota Komisi VII DPR itu. Terlebih, kata Ramadhan, Nazaruddin menuding Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum menerima sejumlah uang terkait kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet.

"Serangan-serangan Nazaruddin sangat mengganggu kami di Partai Demokrat karena itu trial by SMS, trial by BBM, di mana kami susah melakukan klarifikasi," ucapnya.

"Makanya, kami inginkan supaya Nazaruddin bisa ditemukan kepolisian, dibawa ke Tanah Air, dan silakan dibeberkan di sana," kata Ramadhan.

Selama dalam pelarian, Nazaruddin memunculkan tudingan-tudingan terhadap sejumlah nama kader Partai Demokrat dan nama rekannya sesama anggota DPR. Nazaruddin menyebut nama anggota DPR Angelina Sondak, Wayan Koster, dan Mirwan Amir terlibat dalam kasus suap terkait pembangunan proyek senilai Rp 191 miliar itu. Dia juga menyebut bahwa Anas Urbaningrum serta Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng yang juga fungsionaris Partai Demokrat menerima uang terkait kasus wisma atlet. Menurut Nazaruddin yang disampaikan melalui kuasa hukumnya, OC Kaligis, Anas dan Andi menerima uang masing-masing Rp 2 miliar dan Rp 4 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com