Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib PKS Tak Sama dengan Golkar

Kompas.com - 09/03/2011, 14:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional Tjatur Sapto Edi meramalkan, sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait posisi PKS di koalisi akan berbeda dengan sikapnya terhadap Partai Golkar.

"Saya tidak mau tebak-tebak sikap Presiden, tapi kemungkinan Presiden akan melihat standing-nya Golkar dengan PKS tidak bisa disamakan, kemungkinan," kata Tjatur di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (9/3/2011).

Kendati demikian, Tjatur enggan menjelaskan sikap seperti apa yang akan diambil Presiden. Apakah mengeluarkan PKS dari Sekretariat Gabungan Koalisi atau mencopot menteri-menteri PKS di kabinet.

Seusai bertemu Presiden Yudhoyono yang juga Ketua Sekretariat Gabungan Partai Koalisi, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menyampaikan Partai Golkar tetap berada dalam koalisi.

Menurut Tjatur, sikap Presiden terhadap PKS dan Golkar akan berbeda sebab Golkar memiliki alasan yang kuat dalam mendukung usulan hak angket mafia perpajakan. Alasan Golkar berkaitan dengan harga diri partainya. Berbeda dengan alasan PKS yang dinilai hanya bermuatan politis.

"Golkar memang ada alasan pribadi partai, subyektifitas partai yang kuat sehingga mendorong angket, sehingga tidak bisa dibicarakan lagi di Setgab pada waktu itu, karena menyangkut harga diri partai, jadi bukan politisasi," katanya.

Tjatur juga mengatakan, PAN menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden terkait posisi Golkar dan PKS dalam koalisi. PAN hanya memberi masukan mengenai bagaimana memperbarui komitmen berkoalisi kepada Presiden.

Sementara itu, Mantan Sekretaris Jenderal PDI-Perjuangan Pramono Anung menilai, evaluasi koalisi tidak akan membawa perubahan signifikan dalam kinerja pemerintah. Jikapun terjadi perombakan kabinet, Pramono menilai, perombakan yang terjadi hanya kecil-kecilan. Sementara Tjatur menilai bahwa perombakan kabinet yang mungkin terjadi akan "sedang-sedang saja".

Di Semarang, Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Partai Demokrat Ulil Abshar Abdallah menyatakan, saat ini proses seleksi menteri terkait dengan rencana reshuffle kabinet sudah mulai dilakukan.

Ia mengatakan, jumlah menteri dari Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat, serta partai koalisi yang lain akan mengalami perubahan. Ia menyebut, jumlah menteri PKS di kabinet akan dikurangi.

Saat ini, PKS menempatkan empat kadernya di Kabinet Indonesia Bersatu II. Mereka ialah Tifatul Sembiring (Menteri Komunikasi dan Informasi), Suswono (Menteri Pertanian), Salim Assegaf Al'jufrie (Menteri Sosial), dan Suharna Surapranata (Menteri Riset dan Teknologi).


Baca juga Hanya SBY dan Tuhan yang Tahu Reshuffle

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

    Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

    Nasional
    Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

    Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

    Nasional
    Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

    Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

    Nasional
    “Oposisi” Masyarakat Sipil

    “Oposisi” Masyarakat Sipil

    Nasional
    Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

    Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

    Nasional
    Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

    Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

    Nasional
    Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

    Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

    Nasional
    Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

    Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

    Nasional
    Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

    Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

    Nasional
    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com