Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Dua Pahlawan Nasional Baru

Kompas.com - 11/11/2010, 11:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden menganugerahkan (alm) Dr Johannes Leimena dan (alm) Johanes Abraham Dimara gelar pahlawan nasional 2010. Keduanya diberikan gelar pahlawan atas rekomendasi dari Sekretariat Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Upacara penganugrahan berlangsung di Istana Negara, Jakarta, Kamis (11/11/2010).

Johannes Leimena dilahirkan pada tanggal 6 Maret 1905 di Lateri, Ambon, Provinsi Maluku. Baik ayah maupun ibunya adalah guru sekolah di daerahnya. Leimena menempuh pendidikan dasar di Ambon. Sementara, pendidikan tingkat menengah hingga sekolah kedokteran di Stovia ditempuh di Jakarta. Pada usia ke-34, Leimena memeroleh gelar doktor di bidang penyakit dalam, khususnya hati dan ginjal.

Leimena, ayah dari Wakil Ketua MPR RI Melani Suharli Leimena, sejak muda aktif berorganisasi. Pengalaman organisasinya bermula dari Ketua Pergerakan Pemuda Kristen Indonesia Di MULO, Ketua Umum Perkumpulan Jong Ambon, hingga Wakil Ketua Komisi Gereja dan Negara pada Dewan Gereja-Gereja di Indonesia dan Ketua Komisi Militer dalam Konferensi Meja Bundar.

Di bidang pemerintahan, Leimena mengawali kariernya sebagai dokter pemerintah/residen kedua ketika Gunung Merapi meletus hebat pada 1930. Sejak saat itu, kariernya terus naik, mulai dari Menteri Muda Kesehatan Kabinet Sjahrir II pada 1946, Menteri Kesehatan Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II pda 1947, Menteri Kesehatan Kabinet Hatta I dan II pada 1949, hingga Wakil Perdana Menteri untuk urusan Umum Kabinet Dwikora III pada 1966.

Tanda-tanda kehormatan yang pernah dimilikinya, antara lain, Bintang Gerilya pada 1959, Bintang Mahaputera Adipradana pada 1973, Satyalancana Pembangunan 1961, Satyalancana Kemerdekaan, dan Satyalancana Karya Satya. Leimena juga pernah diberikan penghargaan oleh negara sahabat, seperti Bintang Penghargaan dari Thailand, Republik Persatuan Arab, Bintang Jasa dan Penghormatan dari Kamboja dan Meksiko.

Salah satu legasi yang ditinggalkan Leimena adalah "Leimena Plan", sebuah protek kesehatan yang dilakukan di Bandung pada 1954. Prinsip pokoknya adalah penggabungan usaha kuratif dan preventif di bidang kesehatan, yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama. "Leimena Plan" inilah yang sekarang berkembang menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Pembangunan Puskesman ini mendapatkan penghargaan dari WHO dan dijadikan sebagai contoh negara-negara lain di dunia.

Leimena meninggal dunia di Jakarta pada 29 Maret 1977.

Johanes Abraham Dimara

Johanes Abraham Dimara dilahirkan pada 16 April 1916 di Korem, Biak Utara, Provinsi Papua. Dimara menyelesaikan pendidikan dasar pada 1930 di Ambon. Ia kemudian melanjutkan studinya ke sekolah pertanian di Laha. pada 1935-1940, Dimara menempuh pendidikan sekolah injil. Ketika lulus, Dimara membaktikan dirinya sebagai guru Injil di Leksuka, Pulau Buru.

Riwayat perjuangannya dimulai ketika dirinya bersama sejumlah pemuda, pada 8 April 1946 melakukan aksi pengibaran bendera Merah Putih dan melucuti pasukan polisi di Namela. Pada tahun 1951, Dimara diangkat menjadi Ketua Organisasi Pembebasan Irian (OPI) yang berkedudukan di Ambon. Di samping itu, Dimara juga direkrut menjadi anggota TNI dengan pangkat letnan dua.

Pada pertengahan Oktober 1954, bersama 40 anggota pasukannya, Dimara melakukan infiltrasi ke Irian Barat. Tujuannya adalah membangkitkan perlawanan penduduk terhadap Belanda. Rencana ini terendus Belanda. Terjadilah pertempuran antara OPI dan Belanda. Tak imbang, 11 angggota pasukan tewas. Dimara beserta pasukannya dipenjara hingga 1961.

Setelah bebas, Dimara kembali berjuang. Pada 1961, dia ditunjuk sebagai salah seorang anggota delegasi RI ke PBB untuk membicarakan masalah Irian Barat. Sekembalinya, Dimara diangkat menjadi Ketua Gerakan Rakyat Irian Barat. Ketika pemerintah mengalami kebuntuan dalam penyelesaian sengketa Irian Barat di jalur diplomasi, Presiden Soekarno pada 1961 mengumumkan Tri Komando Rakyat atau Trikora. Dimara pun turut menyerukan masyarakat Irian Barat untuk menggalang kekuatan dan mendukung Trikora.

Dimara kembali menjadi anggota delegasi ketika pemerintah Indonesia melakukan konfrontasi militer untuk mendorong PBB kembali membicarakan masalah Irian Barat. Pada 15 Agustus 1962, tercapai persetujuan New York Agreement yang mengakhiri konfrontasi militer. Dimara meninggal di Jakarta pada 20 Oktober 2000. Ia mendapat beberapa tanda penghargaan dari pemerintah, antara lain, Satyalancana Perang Kemerdekaan Kesatu dan Satyalancana Bhakti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Panglima TNI Perintahkan Pengamanan Pilkada Harus Serius karena Ancaman dan Risiko Lebih Besar

    Panglima TNI Perintahkan Pengamanan Pilkada Harus Serius karena Ancaman dan Risiko Lebih Besar

    Nasional
    Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

    Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

    Nasional
    Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

    Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

    Nasional
    Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

    Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

    Nasional
    PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara 'Gaib' di Bengkulu

    PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara "Gaib" di Bengkulu

    Nasional
    Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, KIP: Merupakan Informasi Terbuka

    Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, KIP: Merupakan Informasi Terbuka

    Nasional
    WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

    WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

    Nasional
    Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

    Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

    Nasional
    Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

    Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

    Nasional
    Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

    Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

    Nasional
    Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

    Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

    Nasional
    Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

    Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

    Nasional
    Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

    Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

    Nasional
    KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

    KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

    Nasional
    Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

    Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com