Oleh Dwi As setianingsih
S
Namun, seorang guru meyakinkan dia bahwa sejarah adalah pilihan terbaik untuknya. ”Sebagai bidang yang tak populer, apalagi menjadi incaran calon mahasiswa, peluang saya lolos PMDK lebih besar, nyaris tanpa saingan,” ujarnya.
Daripada gagal kuliah, Asep memenuhi saran itu.
Betul saja, Asep yang sesungguhnya lebih tertarik jurusan Bahasa Inggris, diterima pada Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta.
Ia sempat kecewa. Namun, kekecewaannya sedikit pupus karena
kakak sepupunya juga kuliah di jurusan Sejarah. ”Paling tidak saya bisa meminjam buku-bukunya,” katanya.
Asep memang harus berhitung betul. Sebagai anak dari keluarga amat sederhana, dia paham bagaimana menyiasati segala keterbatasan agar tak menghalangi mimpinya. Dia sadar, semangatnya untuk menuntut ilmu begitu menggebu.
”Mungkin karena orangtua saya dua-duanya enggak lulus SD. Jadi, mereka berharap agar saya tidak seperti mereka. Itulah yang melecut semangat saya,” tuturnya.