Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati Tak Tertandingi Lagi

Kompas.com - 04/04/2010, 08:02 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com — Ketua Panitia Kongres III PDI Perjuangan di Bali, Puan Maharani, menyatakan tidak ada nama lain di luar nama Megawati Soekarnoputri sebagai calon ketua umum PDI-P. Kebulatan tekad memilih kembali Megawati itu disampaikan akar rumput melalui 33 Dewan Pimpinan Daerah di seluruh Tanah Air.

"Di kongres ini tidak ada kemungkinan lagi ada nama lain karena sudah selesai di tingkat internal. Konferda (konferensi daerah) yang digelar 33 DPD semua mengerucut ke satu nama, yakni Megawati," kata Puan di hadapan pers di Sanur, Denpasar, Bali, Sabtu (3/4/2010).

Konferensi pers itu digelar terkait persiapan akhir kongres yang akan berlangsung 6-9 April 2010. Puan didampingi Ketua Panitia Pelaksana Kongres III PDI-P, Tjahjo Kumolo, dan Ketua DPD PDI-P Bali Cokorda Ratmadi.

Menurut Puan, adanya usulan nama lain sebagai calon ketua umum, yakni Guruh Soekarnoputra yang notabene adik Megawati, sudah otomatis gugur karena konferda di tingkat DPD sudah menghendaki Megawati. Nama Guruh sendiri dipilih oleh empat Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dari 495 DPC. ”Kongres hanya akan menyatakan sikap politik partai ke depan, program-programnya, dan membahas AD/ART partai,” kata Puan.

Beberapa saat sebelum konferensi pers digelar terlihat sejumlah baliho yang berisi dukungan terhadap pencalonan Guruh sebagai ketua umum dicabuti dari arena sekitar kongres di Hotel Grand Bali Beach.

Tjahjo Kumolo membantah pencabutan baliho-baliho itu. Partainya tetap ingin agar semangat demokrasi dihadirkan dalam suasana kegembiraan. Baliho yang ingin memecah-belah partai harus dipindahkan. ”Tidak dicopoti, hanya dipindah saja sementara. Kami hanya ingin wajah Ibu Mega di depan arena kongres,” ujarnya singkat.

Namun, pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Mohtar Mas’oed, di sela-sela diskusi Sekolah Demokrasi Ogan Ilir bertema ”Regenerasi Kepemimpinan Parpol Menuju Kualitas Demokrasi” yang diselenggarakan Yayasan Puspa Indonesia dan Komunitas Indonesia untuk Demokrasi, Sabtu, di Palembang, mengatakan, parpol yang tidak melakukan regenerasi pemimpin dan hanya mengandalkan pada popularitas pemimpinnya tidak akan berumur panjang.

Menurut Mohtar, regenerasi pemimpin parpol yang berjalan lambat dan terbatas pada keluarga terjadi karena sejarah kemunculan parpol di Indonesia bukan untuk kepentingan publik. Parpol didirikan dengan tujuan utama memenangi pemilu, bukan untuk menghasilkan kebijakan yang bermanfaat bagi publik.

Ribuan kader

Menurut Puan, hal-hal prinsip kepartaian yang dibahas meliputi sikap PDI-P terhadap pemerintahan Yudhoyono-Boediono dan ada tidaknya posisi wakil ketua umum PDI-P. Dua hal itu akan ditentukan melalui mekanisme internal partai yang bersumber pada sikap ketua umum terpilih.

Megawati dijadwalkan menyampaikan orasi politik di depan peserta kongres pada pembukaan tanggal 6 April. Kongres diikuti sekitar 2.000 kader. Namun, menurut Tjahjo, simpatisan PDI-P yang hadir diperkirakan mencapai 8.000 orang.

Di Purbalingga, anggota DPR dari Fraksi PDI-P, Ganjar Pranowo, mengatakan, 99 persen PDI-P tetap beroposisi dengan pemerintah. Sikap politik itu merupakan bagian dari pilihan PDI-P yang ingin memantapkan diri sebagai parpol berbasis pada ideologi.

Soal regenerasi di PDI-P, Ganjar memastikan akan ada banyak perubahan dalam kepengurusan baru dengan masuknya kader-kader baru. (BEN/HAN/WAD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com