Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Korban Bom, Nasir Abas Merinding

Kompas.com - 27/02/2010, 14:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- - Mantan Komandan Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas merinding dan menitikkan air mata saat para korban bom terorisme kembali menguak tragedi bom yang terjadi di Indonesia, dalam sebuah diskusi yang digelar Asosiasi Korban Bom Terorisme di Indonesia (Askobi). Walaupun peristiwanya sendiri sudah berlalu, namun banyak korban yang terpaksa menanggung cacat seumur hidup akibat aksi bom itu.

"Sebenarnya saya menggigil. Saya merinding, dan hampir menangis. Saat ini saya berkumpul dengan teman-teman korban akibat aksi bom telah menyebabkan kecacatan seumur hidup," kata Nasir, dengan mata berkaca-kaca, di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (27/2/2010).

Nasir mengaku menyesal karena pernah menjadi aktivis Jamaah Islamiyah, yang disebut sebagai organisasi terorisme. Saat masih aktif, dia mengaku pernah melatih aktivis Jamaah Islamiyah lainnya untuk berperang di daerah konflik. Dia juga pernah belajar soal perang dan cara membuat bom. Awalnya, Nasir menjadi aktivis Jamaah Islamiyah karena mengemban misi ke Afghanistan membela agamanya.

Namun, dia mengaku tidak tahu menahu kalau ternyata hasil latihannya itu kemudian disalahgunakan.

"Waktu itu saya melatih orang untuk berperang, menjadi tentara di daerah konflik. Tentu saja dalam perang selalu akan ada penderitaan. Tetapi tidak pernah ada dalam pikiran saya, mereka akan menyalahgunakannya dengan korban masyarakat sipil dan fasilitas sosial," sesalnya.

Karena merasa aksi teror yang dilakukan oleh teman-temannya sudah salah arah, Nasir yang saat itu sudah menjadi petinggi Jamaah Islamiyah memutuskan untuk keluar pada tahun 2003. Dia tidak peduli dengan cap kafir yang distempel olah orang-orang Jamaah Islamiyah. Setelah menanggalkan status petinggi Jamaah Islamiyah, Nasir kini menata hidupnya menjadi peneliti terorisme. "Saya dibilang kafir, dibilang pengkhianat. Saya tidak peduli. Agama saya tetap Islam, tetapi teror apa pun bentuknya tetap salah," tandasnya.

Menurutnya, terorisme terjadi karena adanya pemahaman agama yang keliru dan kemudian diikuti oleh para penganutnya. "Terorisme itu terjadi karena ideologi yang salah. Semuanya saja bisa terpengaruh," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Surya Paloh Sedih SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Surya Paloh Sedih SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Nasional
Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Nasional
Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com