Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bendera Putih untuk Putrawayah Terbaik Jambe Pitu

Kompas.com - 28/01/2008, 20:52 WIB

DERU debur ombak lamat-lamat terdengar dari balik rerimbunan pohon di puncak Bukit Selok, yang berada di tepi pesisir pantai selatan Jawa, tepatnya di Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Senin (28/1). Rimbunnya pepohonan membuat angin pun sulit menembus relung-relung bukit itu.

Dua bendera yang dikibarkan di atas pintu depan Padepokan Ampel Gading Jambe Pitu, dibuatnya tetap bergeming. Kedua bendera itu hanya sesekali saja terkibar, dan tampak keduanya merupakan bendera yang berbeda.Dari sisi muka padepokan, di sebelah kanan dikibarkan bendera putih dan di sebelah kiri dikibarkan bendera Merah Putih setinggi setengah tiang.

Menurut Toto (36), pengelola dan juga guru di padepokan itu, pengibaran kedua bendera itu sebagai tanda belasungkawa atas meninggalnya mantan Presiden Soeharto yang selama hidupnya pernah menjadi putrawayah atau murid di padepokan tersebut.
“Soeharto adalah putrawayah terbaik di padepokan ini. Kami menghormatinya dan ikut berbelasungkawa beliau telah meninggal. Sebagai orang Jawa, rasa belasungkawa itu kami tunjukkan dengan bendera putih,” tutur Toto yang enggan menyebutkan nama lengkapnya.

Menurut Toto, sebelum menjadi Presiden RI, Soeharto sudah menjadi putrawayah dan banyak belajar laku dari pendiri padepokan, Romo Sudiyat Prawiro yang wafat pada 1985 lalu. “Sejak Romo wafat, Soeharto mulai jarang melakukan laku di sini,” ujarnya.

Sebaliknya, masyarakat sekitar Adipala sering menceritakan kedatangan Soeharto ke padepokan itu adalah untuk mencari kesaktian. Sampai pascaSoeharto lengser dari jabatannya sebagai Presiden RI yang dikenal sebagai masa reformasi, anggapan itu masih juga melekat pada Padepokan Ampel Gading Jambe Pitu, dan bahkan sudah merebak pada masyarakat luas.

Itu pula sebabnya, sejak masa reformasi hingga sekarang padepokan yang didirikan sejak 1958 itu selalu menjadi bulan-bulanan intimidasi oleh sekelompok masyarakat tertentu.

“Dianggapnya, padepokan ini adalah tempat kekuatannya Soeharto. Keyakinan kami dianggap musrik. Anggapan itu jelas salah. Padepokan ini adalah tempat belajar budaya jawa, menjadi orang kejawen, dan Soeharto hanya putrawayah di sini,” kata Toto.

Dalam buku Mistisisme Jawa: Ideologi Indonesia, sang penulis Niels Mulder yang merupakan antropolog kelahiran Belanda yang banyak melakukan penelitian kebudayaan Jawa di Indonesia hingga tahun 1970-an, menunjukkan rezim orde baru merupakan cerminan dari sikap kepemimpinan Soeharto yang mengikuti faham dan nilai-nilai kejawaan atau jawanisme, atau juga kejawen. Itu pula sebabnya, dia berkesimpulan, ideologi Indonesia adalah hasil Jawanisasi.

Dalam salah satu kalimat di bukunya itu, Mulder menuturkan, ada citarasa yang sama antara moralitas Pancasila dan pemikiran kebatinan Jawa. Tampaknya keduanya dibentuk dari dapur kebudayaan yang sama di suatu tempat di Jawa Tengah bagian selatan. Hanya saja, nama tempat itu tak disebutkan secara spesifik oleh Mulder, apakah di Padepokan Ambel Gading Jambe Pitu atau bukan.

Menurut penelusurannya, kesamaan nilai itu terdapat pada nilai durung jawa bagi anak-anak Jawa yang belum belajar dan mengikuti nilai-nilai kejawaan. Begitu pula pada masa orde baru, anak-anak Indonesia dianggap belum Indonesia kalau belum mengikuti penataran Penghayatan Pengamalan Pedoman Pancasila. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi rumusan yang keramat dan harus diikuti, agar menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com