Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Betulkah “May Day” Identik dengan Komunisme?

Kompas.com - 01/05/2017, 16:36 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

KOMPAS.com – Sejarah demonstrasi dan pawai buruh setiap “May Day” alias Hari Buruh pada 1 Mei, jamak dikaitkan dengan paham komunisme, bahkan negara komunis.

Terlebih lagi, ada lagu “The Internationale” yang seolah jadi tembang wajib setiap gerakan buruh, termasuk peringatan “May Day”.

Lalu, betulkah sejarah peringatan Hari Buruh ini berawal dari negara berhaluan komunis? Apakah perjuangan buruh juga hanya berurusan dengan pekerjaan kasar?

Ternyata salah, saudara-saudara...

Eric Chase dalam tulisannya yang dimuat di situs web Industrial Workers of The World (IWW) pada 1993, meringkaskan asal-usul “May Day” ini.

“Amerika banget!” tulis Chase dalam terjemahan bebasnya, soal awal mula Hari Buruh.

Semua bermula pada abad ke-19, tepatnya pada 1860. Itu pun, arak-arakan dan demonstrasi buruh dalam skala besar, yang lalu jadi tonggak peringatan May Day, tercatat baru berlangsung pada 1886.

Tuntutan utama yang didesakkan lewat aksi mogok massal para buruh dan pekerja saat itu di sana adalah pemangkasan waktu kerja.

Mereka meminta jam kerja per hari dikurangi menjadi 8 jam, dari semula jamak melebihi 10 jam bahkan ada yang sampai 16 jam.

Aliansi Buruh Bali gelas aksi 1 Mei di depan kantor Gubernur Bali Robinson Gamar Aliansi Buruh Bali gelas aksi 1 Mei di depan kantor Gubernur Bali

Adalah pertemuan para buruh dari berbagai negara dan industri pada 1884 yang memutuskan tenggat waktu 1 Mei 1886 sebagai batas maksimal pemberlakuan pembatasan jam kerja menjadi 8 jam per hari.

Lokasinya? Chicago. Bukan “Cijantung Kampung Gue” ya. Beneran Chicago di Amerika Serikat. Kota ini menjadi tuan rumah pertemuan pada 1884 dan juga pusat dari gerakan buruh pada 1886.

Nah, kaitannya sama komunisme dan paham-paham “kiri” lainnya, bisa jadi adalah momentum saja. Pada era itu, pemikiran berbau sosialisme memang sedang naik daun.

Perlawanan terhadap sistem kelas terutama antara pekerja dan pemilik modal lagi santer-santernya.

Omong-omong soal “Internationale”, lagi-lagi lagu ini juga ternyata tak lahir dari tanah negara-negara penganut paham komunisme. Penulisnya pun bukan orang sana.

Merujuk situs web www.marxists.org, lagu ini ditulis pada 1871 oleh orang Perancis! Lirik lagu tersebut ditulis di Paris, Perancis, saat si penulisnya hendak terbang ke London, Inggris.

Kembali ke aksi pada 1886, sejarah mencatat lebih dari 100.000 pekerja turun ke jalan memperjuangkan pemangkasan waktu kerja dan perbaikan faktor keselamatan kerja.

Aksi tak hanya berlangsung satu hari, tetapi dijadwalkan selama sepekan sesuai keputusan pertemuan pada 1884. Sayangnya, bentrok besar terjadi pada 3 Mei 1886, antara massa aksi dan polisi. Kericuhan besar inilah yang lalu menjadi stigma bahwa aksi buruh pasti rusuh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Meninggal Akibat Banjir Lahar di Sumatera Barat Kembali Bertambah, Kini 44 Orang

Korban Meninggal Akibat Banjir Lahar di Sumatera Barat Kembali Bertambah, Kini 44 Orang

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Rp 30,2 M Karena 'Mark Up' Harga Lahan Tebu PTPN XI

KPK Duga Negara Rugi Rp 30,2 M Karena "Mark Up" Harga Lahan Tebu PTPN XI

Nasional
Kejagung Periksa Pihak Bea Cukai di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Kejagung Periksa Pihak Bea Cukai di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Nasional
PDI-P Ungkap Peluang Usung 3 Nama di Pilkada Jabar: Bima Arya, Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil

PDI-P Ungkap Peluang Usung 3 Nama di Pilkada Jabar: Bima Arya, Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil

Nasional
Saksi Sebut Pejabat yang Tak Turuti Permintaan SYL Bisa Diberhentikan

Saksi Sebut Pejabat yang Tak Turuti Permintaan SYL Bisa Diberhentikan

Nasional
2 Kapal Pemburu Ranjau Terbaru TNI AL Latihan Bersama dengan AL Singapura

2 Kapal Pemburu Ranjau Terbaru TNI AL Latihan Bersama dengan AL Singapura

Nasional
Draf RUU Penyiaran, KPI Bisa Selesaikan Sengketa Jurnalistik Khusus

Draf RUU Penyiaran, KPI Bisa Selesaikan Sengketa Jurnalistik Khusus

Nasional
Dukung Event Seba Baduy 2024, Wika Beri Diskon Tarif Tol Serang-Panimbang hingga 30 Persen

Dukung Event Seba Baduy 2024, Wika Beri Diskon Tarif Tol Serang-Panimbang hingga 30 Persen

Nasional
Jokowi Anggarkan Rp 15 Triliun untuk Perbaikan dan Pembangunan Jalan Tahun Ini

Jokowi Anggarkan Rp 15 Triliun untuk Perbaikan dan Pembangunan Jalan Tahun Ini

Nasional
TNI AL Terjunkan Satgas SAR Bantu Cari Korban Banjir Sumbar

TNI AL Terjunkan Satgas SAR Bantu Cari Korban Banjir Sumbar

Nasional
UKT Mahal, Komnas HAM Akan Audit Hak Atas Pendidikan

UKT Mahal, Komnas HAM Akan Audit Hak Atas Pendidikan

Nasional
Hasto Ungkap Peluang Megawati Bertemu Prabowo: Saat Agenda Nasional

Hasto Ungkap Peluang Megawati Bertemu Prabowo: Saat Agenda Nasional

Nasional
KPK Tahan 3 Tersangka Dugaan Korupsi Penggelembungan Harga Lahan Tebu PTPN XI

KPK Tahan 3 Tersangka Dugaan Korupsi Penggelembungan Harga Lahan Tebu PTPN XI

Nasional
Selain Khofifah, PDI-P Buka Opsi Usung Kader Sendiri di Pilkada Jatim

Selain Khofifah, PDI-P Buka Opsi Usung Kader Sendiri di Pilkada Jatim

Nasional
DPR dan Pemerintah Diam-diam Rapat Pleno, Revisi UU MK Tinggal Dibawa Ke Paripurna

DPR dan Pemerintah Diam-diam Rapat Pleno, Revisi UU MK Tinggal Dibawa Ke Paripurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com