JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana reshuffle atau perombakan Kabinet Kerja kembali mengemuka.
Presiden Jokowi sempat meyinggungnya saat membuka Kongres Ekonomi Umat yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (22/4/2017).
Awalnya pada kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan pemerintah menargetkan 5 juta sertifikat harus dibagikan kepada masyarakat pada 2017.
Target itu meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Ia bahkan mengaku tak segan untuk menggeser dan bahkan mencopot menteri yang bersangkutan bila tak mampu mencapai target yang telah ditetapkan.
Secara tak langsung, ucapan Jokowi terkait reshuffle memang hanya mengarah kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Sofyan Djalil. Sebab konteks pembicaraan Jokowi saat itu tengah membahas program distribusi lahan.
(Baca: Wiranto: Kalau Ada "Reshuffle", Ya Ditunggu Saja...)
Namun, Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, menilai bisa saja ungkapan tersebut tak hanya ditujukan kepada Sofyan.
Qodari mengatakan, saat ini Jokowi tengah menyusun program pemerataan ekonomi secara besar-besaran melalui tiga aspek.
Selain berencana mempercepat proses distribusi lahan, ia hendak memperluas kesempatan permodalan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dan juga meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
"Itu kalau kacamatanya begitu, yang harus waspada bukan hanya Menteri Agraria, tapi yang terkait tiga isu tadi. Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian juga termasuk," ujar Qodari saat dihubungi, Selasa (25/4/2017) malam.
"Kalau aspek SDM cara kinerja Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pendidikan. Itu kalau kacamata kinerja dari kebijakan ya," lanjut Qodari.
Namun, kata Qodari, tak menutup kemungkinan bila kacamata politik menjadi yang utama dalam wacana reshuffle kali ini.
Apalagi ucapan Jokowi terkait reshuffle muncul selang tiga hari pencoblosan Pilkada DKI Jakarta.
(Baca: Isu "Reshuffle" Makin Merebak, Ini Kata Jokowi)
Ia memaparkan, ada partai yang loyal dan tidak dengan gerbong koalisi nasional yang mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat di Pilkada DKI.