Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPD Ini Beberkan Manuver Oesman Sapta untuk Jadi Ketua

Kompas.com - 04/04/2017, 19:20 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak Oesman Sapta Odang disebut telah melobi para anggota DPD sejak lama agar bisa melenggang sebagai Pimpinan DPD. Hal itu diungkapkan Anggota DPD dari Kepulauan Riau, Djasarmen Purba.

Lobi tersebut bahkan telah berjalan sejak sebelum Oesman Sapta menjadi Ketua Umum Partai Hanura. Namun, lobi dilakukan tak langsung oleh Oesman Sapta melainkan oleh tim suksesnya.

"Akhir 2016, kayaknya menjelang-jelang itu (Oesman Sapta jadi Ketua Umum Hanura)," kata Djasarmen di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/4/2017).

Djasarmen mengakui dilob oleh dua orang dari pihak Oesman Sapta. Mereka adalah Anggota DPD dari wilayah timur. Namun, ia enggan membeberkan nama. Ia bahkan sempat dirayu akan diberikan kursi pimpinan DPD dari wilayah barat jika ikut mendukung Oesman Sapta.

(Baca: Demi Sahnya Kepemimpinan Oesman Sapta, DPD Buat Tatib Baru Lagi)

"Pertama, saya dirayu. 'Nanti kalau di Sumatera itu, Pak Djasarmen saja yang menggantikan Saleh (Ketua DPD Mohammad Saleh)'," ujarnya menirukan rayuan tersebut.

Kedua, pihak Oesman Sapta mengimingi jatah anggaran yang lebih besar bagi DPD.

"Jika berganti pimpinan yang baru semua ini akan lebih banyak lagi anggaran. Artinya berjuang ke kementerian, DPR, berkali-kali lipat," tuturnya.

Ketiga, perjuangan terhadap amandemen Undang-Undang Dasar 1945 akan semakin terbuka. Bahkan, jelang paripurna pemilihan pimpinan DPD 3 April, nama paket pimpinan telah beredar luas.

(Baca: Bagi Oesman Sapta, Proses Pemilihan Ketua DPD Sah)

"Kampanye" juga dilakukan ke grup-grup Whats App anggota. Paket tersebut terdiri dari Oesman Sapta (dari wilayah tengah), Nono Sampono (dari wilayah timur) dan Mohammad Saleh (dari wilayah barat).

Namun, hasil rapat paripurna DPD Selasa dini hari menetapkan Darmayanti Lubis sebagai pimpinan dari wilayah barat dikarenakan Saleh tengah dirawat di rumah sakit.

"Saya enggak kaget (Oesman Sapta terpilih) karena skenario ini sudah lama. Kalau pun menang, setahu saya adalah skenario trio. Itu sudah muncul di WA. Kan banyak grup," kata Djasarmen.

Namun, ia menolak secara halus. Terlebih setelah putusan Mahkamah Agung (MA) soal uji materi Tata Tertib DPD Nomor 1/2016 dan 1/2017 keluar. Putusan tersebut membatalkan dua tatib DPD yang mencantumkan masa jabatan pimpinan DPD 2,5 tahun. Sehingga pergantian pimpinan dianggap melanggar hukum.

"Tidak boleh melanggar undang-undang. Sebab kalau terjadi seperti itu, lembaga lain bisa juga seperti itu," tutur dia.

KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Ketua DPD RI terpilih Oesma Sapta Odang (tengah) bersama Wakil Ketua DPD RI terpilih Nono Sampono dan Darmayanti Lubis seusai penetapan pimpinan baru DPD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/4/2017) dini hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Sebut Eks Dirut Taspen Kosasih Rekomendasikan Investasi Rp 1 T

KPK Sebut Eks Dirut Taspen Kosasih Rekomendasikan Investasi Rp 1 T

Nasional
Hakim MK Tegur Kuasa Hukum KPU karena Tidak Rapi Menulis Dokumen

Hakim MK Tegur Kuasa Hukum KPU karena Tidak Rapi Menulis Dokumen

Nasional
Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Nasional
Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Nasional
 Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Nasional
Pertamina Patra Niaga Akan Tetap Salurkan Pertalite sesuai Penugasan Pemerintah

Pertamina Patra Niaga Akan Tetap Salurkan Pertalite sesuai Penugasan Pemerintah

Nasional
Menteri KKP Targetkan Tambak di Karawang Hasilkan 10.000 Ikan Nila Salin Per Tahun

Menteri KKP Targetkan Tambak di Karawang Hasilkan 10.000 Ikan Nila Salin Per Tahun

Nasional
KPK Percaya Diri Gugatan Praperadilan Karutan Sendiri Ditolak Hakim

KPK Percaya Diri Gugatan Praperadilan Karutan Sendiri Ditolak Hakim

Nasional
Soal Kasus Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, KPK Diminta Evaluasi Teknis OTT

Soal Kasus Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, KPK Diminta Evaluasi Teknis OTT

Nasional
Kaesang Didorong Maju Pilkada Bekasi, Jokowi: Tanyakan PSI, itu Urusan Partai

Kaesang Didorong Maju Pilkada Bekasi, Jokowi: Tanyakan PSI, itu Urusan Partai

Nasional
Mahfud Khawatir Korupsi Makin Banyak jika Kementerian Bertambah

Mahfud Khawatir Korupsi Makin Banyak jika Kementerian Bertambah

Nasional
Persiapan Operasional Haji 2024, 437 Petugas Diterbangkan ke Arab Saudi

Persiapan Operasional Haji 2024, 437 Petugas Diterbangkan ke Arab Saudi

Nasional
Jokowi Tegaskan Jadwal Pilkada Tak Dimajukan, Tetap November 2024

Jokowi Tegaskan Jadwal Pilkada Tak Dimajukan, Tetap November 2024

Nasional
Setelah Geledah Kantornya, KPK Panggil Lagi Sekjen DPR Indra Iskandar

Setelah Geledah Kantornya, KPK Panggil Lagi Sekjen DPR Indra Iskandar

Nasional
Menteri KP: Lahan 'Idle' 78.000 Hektar di Pantura Bisa Produksi 4 Juta Ton Nila Salin Setiap Panen

Menteri KP: Lahan "Idle" 78.000 Hektar di Pantura Bisa Produksi 4 Juta Ton Nila Salin Setiap Panen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com