Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gamawan Mengaku Tak Tahu Audit BPK Menyatakan Proyek E-KTP Tidak Beres

Kompas.com - 16/03/2017, 15:04 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi mengatakan, sepanjang yang diketahuinya, audit Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) terhadap proyek e-KTP selalu bagus.

Walaupun ada gugatan karena dianggap sekongkol dalam proses tender, tuduhan itu tidak terbukti.

Oleh karena itu, dia melanjutkan proyek e-KTP.

"Tiga tahun diperiksa BPK, tidak pernah BPK katakan kerugian negara," ujar Gamawan, saat bersaksi, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (16/3/2017).

Gamawan mengatakan, tak mungkin ia menandatangani nota untuk menyetujui proyek itu jika hasil auditnya buruk. 

Jika ada hasil yang tidak beres, Gamawan memastikan proyek itu akan diberhentikan.

Sementara, pengacara kedua terdakwa, mantan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Irman dan anak buahnya, Sugiharto, menyebutkan hasil audit BPK terhadap pemeriksaan e-KTP tahun 2012.

(Baca: Terima Uang, Gamawan Sebut Pinjaman untuk Berobat dan Honor Kerja)

Hasilnya menyebutkan ada kelebihan pembayaran, harga perkiraan sementara bukan berdasarkan harga pasaran, dan harga satuannya tidak jelas.

"Suratnya ditujukan ke Saudara. Apakah tahu temuan itu?" tanya pengacara.

"Temuan itu saya disposisi ke KPA," kata Gamawan.

Gamawan mengaku tak melihat adanya ketidakberesan dalam laporan tersebut.

Jika memang ada catatan, ia telah mendisposisi hasil audit itu kepada bawahannya sehingga bukan tanggung jawabnya lagi.

"Saya tidak ingat (ada catatan). Kalau saya disposisi, diselesaikan (oleh bawahannya)," kata Gamawan.

Namun, ia mengaku tidak tahu apakah sudah ada tindaklanjut mengenai hasil audit itu atau belum.

Ia bersikukuh bahwa dalam kesimpulan yang dibacanya, tak ada catatan buruk BPK mengenai proyek e-KTP.

Kompas TV Hari ini, sidang lanjutan kasus dugaan korupsi proyek KTP Elektronik kembali digelar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com