Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penegak Hukum Dinilai Kurang Tegas Tangani Intoleransi

Kompas.com - 16/12/2016, 17:28 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

Kompas TV Presiden Minta Pelaku Intoleransi Ditindak

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dinilai tengah menghadapi situasi darurat dalam hal toleransi dan kebinekaan.

Gigin Praginanto, antropolog dari Gerakan Antropolog untuk Indonesia yang Bineka dan Inklusif menyatakan, kedaruratan itu kerap terjadi karena kurang tegasnya aparat penegak hukum dalam menindak praktek intoleransi.

Hal itu, kata Gigin, kerap terlihat saat terjadi pembubaran acara kelompok agama tertentu oleh sekelompok orang yang intoleran.

(Baca: Diskriminasi dan Intoleransi Masih Jadi PR Jokowi-Kalla)

"Aparat negara justru tidak tegas dalam menindak praktek-praktek seperti itu. Itu terjadi baik di kota-kota besar maupun di daerah," kata Gigin dalam jumpa pers di bilangan Jakarta Selatan, Jumat (16/12/2016).

Di Magelang misalnya, Gigin menceritakan ada spanduk bernada rasis yang terpasang. Spanduk tersebut menyerukan warga sekitar agar memboikot salah satu toko yang penjualnya berasal dari etnis tertentu.

Apalagi, kata Gigin, saat ini dunia maya juga turut berperan menjadi penyebar intoleransi yang masif.

(Baca: Jokowi Instruksikan Pembentukan Tim untuk Atasi Intoleransi)

Dan sangat mungkin intoleransi yang dipupuk dan disebar di dunia maya kemudian berpindah ke dunia nyata.

"Di tengah masifnya penyebaran intoleransi ini tentu negara harus hadir melalui ketegasan aparat penegak hukumnya untuk menindak intoleransi. Jangan sampai merusak persatuan dan kebinekaan yang ada," lanjut Gigin.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengungkap akan membentuk tim untuk menangani kasus-kasus intoleransi. Rencana itu dibicarakan Presiden dan Komnas HAM beberapa waktu lalu. 

Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly mengatakan, anggota tim anti-intoleransi ini akan ditentukan langsung Presiden Jokowi.

Selain dari internal pemerintah dan Komnas HAM, akan diambil juga dari kelompok sipil. Tim tak hanya berupaya menangkal gerakan intoleran, tapi juga sekaligus memperkuat nilai nasionalisme dan kebangsaan di masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com