Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LPSK Akui Terkendala dalam Melindungi dan Membantu Korban Terorisme

Kompas.com - 25/10/2016, 17:32 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengaku terkendala dalam memberi perlindungan dan bantuan terhadap korban terorisme.

Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai mengatakan, hambatan tersebut disebabkan minimnya anggaran untuk memberi perlindungan dan bantuan terhadap korban.

"Dalam pelaksanaan pemberian perlindungan dan bantuan, LPSK terkendala dengan jumlah anggaran yang tersedia," ujar Haris di Hotel Lumire, Jakarta, Selasa (25/10/2016).

Haris menuturkan, tahun ini anggaran LPSK telah dipotong dua kali hingga tersisa Rp 70 miliar. 

Padahal pada APBN 2016, LPSK mendapat alokasi senilai Rp 90 miliar. Lalu, pada APBN-perubahan LPSK mendapat Rp 82,9 miliar.

Adapun tahun 2015 anggaran LPSK mencapai Rp 160 miliar.

"Kebijakan pemotongan anggaran yang terhitung sudah dua kali dilakukan Pemerintahan Presiden RI Joko Widodo dirasa cukup menyulitkan LPSK dalam memenuhi hak korban," ucap Haris.

Kendala LPSK dalam memenuhi hak korban terorisme terlihat dari minimnya bantuan yang diberikan.

Haris memaparkan, dari 328 korban terorisme yang terdata saat ini, hanya 31 yang diberikan bantuan medis oleh LPSK.

"Sementara, 25 korban diberikan bantuan psikologi dan 27 lainnya diberi bantuan psikososial," tambah Haris.

Haris berharap pemerintah ke depannya dapat memberikan perhatian khusus terhadap perlindungan dan bantuan terhadap hak-hak korban, khususnya yang terdampak terorisme.

"LPSK berharap Pemerintahan Presiden Jokowi dapat memprioritaskan pemenuhan hak korban. Dalam hal ini pemenuhan hak bagi korban terorisme," kata Haris.

Kompas TV 2 Polisi di Tangerang Diserang Terduga Teroris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com