Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekayasa Sebaran Kursi Dinilai Lebih Efektif Dibanding Naikkan Ambang Batas Parlemen

Kompas.com - 24/07/2016, 15:45 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi Heroik Pratama menilai, rekayasa sebaran kursi dan jumlah daerah pemilihan (dapil) lebih efektif untuk penyederhanaan partai politik di parlemen, dibandingkan dengan peningkatan ambang batas parlemen.

Hal itu disampaikannya dalam menyikapi usulan beberapa partai untuk meningkatkan ambang batas parlemen dalam pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) Pemilu.

"Sebenarnya ada cara selain peningkatan ambang batas parlemen, yakni dengan merekayasa sebaran kursi dan jumlah dapil," kata Heroik dalam diskusi di Jakarta, Minggu (24/7/2016).

Dia menyatakan, selain tak efektif dalam penyederhanaan partai politik di parlemen, peningkatan ambang batas parlemen justru mengesampingkan aspek keterwakilan dalam sitem politik demokrasi.

(baca: Golkar Ingin Ambang Batas Parlemen Naik hingga 10 Persen)

Sebabnya, suara partai politik yang gagal memenuhi ambang batas praktis akan hangus. Padahal, para pemilih sudah bersusah payah untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan suaranya, terutama bagi mereka para pemilih di wilayah Indonesia Timur.

Sementara itu, Heroik mengatakan hal itu tak akan terjadi jika yang dilakukan adalah merekayasa sebaran kursi dan jumlah dapil.

"Caranya merekayasa sebaran kursi, yakni dalam satu dapil kan selama ini hingga Pemilu 2014 ada 3 hingga 10 kursi, kita kurangi saja menjadi 3 hingga 6 kursi," kata Heroik.

"Lalu supaya kursi yang diperebutkan di DPR tetap meski satu dapil hanya ada 3 hingga 6 kursi, makanya jumlah dapilnya pun harus ditambah, jadi jumlah kursi yang diperebutkan tetap 560 kursi, kalau di 2014 ada 77 dapil, dengan 3 hingga 6 kursi bisa 121 dapil," lanjut Heroik.

(baca: Hidayat Nur Wahid: Ambang Batas Parlemen 7 Persen Tidak Rasional)

Dia mengatakan, dengan menggunakan dua rekayasa tersebut, maka konsentrasi suara tidak akan tersebar secara luas sebab dalam satu dapil, maksimal hanya ada 6 kursi, tak lagi 10 kursi.

"Ini juga akan semakin mendekatkan wakil rakyat dengan konstituennya, karena dapilnya tak terlalu luas. Namun risikonya, partai memang harus menambah jumlah kandidat karena jumlah dapil makin banyak," papar dia.

Kendati demikian, Heroik mengakui jumlah partai di parlemen memang tak akan berkurang jika ambang batas parlemennya tak dinaikan. Namun dia berpendapat, makna penyederhanaan partai politik tak melulu soal pengurangan partai di parlemen.

"Penyederhanaan partai di parlemen itu sejatinya menciptakan konfigurasi adanya partai besar, menengah, dan kecil di Parlemen. Percuma jika jumlah partai semakin sedikit, tetapi perolehan suaranya hampir sama semua. Pengambilan keputusan juga semakin sulit kalau begitu," kata dia.

(baca: Demokrat Beri Sinyal Setujui Kenaikan Ambang Batas Parlemen, tetapi...)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com