Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Ungkap Kronologi Kematian Santoso, sejak Pemantauan hingga Identifikasi

Kompas.com - 20/07/2016, 11:45 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, keberhasilan menumpas Santoso merupakan hasil kerja sama Polri dan TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Operasi Tinombala.

Menurut Luhut, operasi yang sudah dilakukan sejak awal tahun ini berjalan cukup baik. Teknologi yang digunakan dalam operasi pun sudah mengalami peningkatan kemampuan.

Ia pun mengakui, meski dalam upaya penanganan terorisme Polri memegang komando, TNI juga memiliki peran yang sama besar dengan Polri.

"Operasi ini sudah dilakukan sejak awal tahun ini, dengan polisi di depan dan militer membantu. Tetapi, seiring perjalanan waktu, TNI juga di depan," ujar Luhut saat berbincang dengan wartawan di ruang Nakula, kantor Kemenko Polhukam, Rabu (20/7/2016).

"Operasi ini berjalan cukup baik. Kami sudah menggunakan teknologi canggih untuk memantau," kata dia.

Dalam forum pertemuan dengan wartawan tersebut, Luhut juga memaparkan runutan peristiwa yang menyebabkan adanya kontak senjata antara Tim Raider TNI dengan beberapa orang tak dikenal hingga menyebabkan kematian Santoso.

Dia menceritakan, pada 13 Juli 2016 wakil Komandan Satgas Tinombala Sektor 1/PPU AKBP J Hutagaol bersama lima anggota Raider TNI, dua anggota Brimob Polri dan seorang anggota Marinir diperintahkan melakukan pengejaran dengan pola penyergapan di daerah Kuala Tambarana.

Saat seorang anggota Raider TNI melaksanakan patroli, mereka menemukan jejak kaki dari arah barat ke utara.

Berdasarkan pemantauan, tim menemukan dua orang tidak dikenal (OTK) di sebuah gubuk dan tiga OTK sedang menyeberangi sungai Tambarana.

Sekitar pukul 17.00-17.30 Wita, anggota melaporkan kepada komandan Tim Raider atas temuan tersebut. Kemudian, komandan memerintahkan untuk mendekati posisi sasaran dan melakukan penyergapan.

Kontak senjata terjadi sekitar 30 menit dengan lima OTK. (Baca juga: Ini Kronologi Baku Tembak yang Tewaskan Dua Anggota Kelompok Santoso)

Pukul 18.00 Wita, pasca-kontak senjata dan penyisiran di TKP, Tim Raider TNI melaporkan dua korban meninggal dunia, yang diduga Santoso dan Muchtar.

Sementara itu, tiga OTK melarikan diri yang terdiri dari dua perempuan dan seorang laki-laki. OTK perempuan yang lari sempat terlihat membawa senjata api.

Pada 18 Juli 2016 pukul 20.00 Wita, Posko Sektor 1/PPU menggerakkan tim lain untuk membantu evakuasi OTK yang meninggal dunia.

Pada 19 juli 2016 pukul 12.10 Wita, Kepala Operasi Tinombala AKBP Leo Bona melakukan evakuasi via udara dengan helikopter.

Helikopter tersebut menuju RS Bhayangkara Palu untuk proses identifikasi. (Baca juga: Satgas Angkut Jenazah Kelompok Santoso dengan Helikopter)

Pukul 13.30 Wita, berdasarkan hasil pemeriksaan, dipastikan dua jenazah adalah pimpinan Mujahidin Indonesia Timur, yakni Santoso alias Abu Wardah, dan satu orang pengikutnya bernama Mukhtar alias Kahar.

Dalam operasi tersebut, Tim Satgas berhasil mengamankan barang bukti berupa sepucuk senjata api jenis M-16, tiga magasin M16, satu telepon seluler, dan beberapa flash disk.

Kompas TV Santoso Tewas, Kelompoknya Melemah?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com