Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Mamakku Luar Biasa, Kenangan Ritual Jelang Lebaran yang Tak Terlupakan

Kompas.com - 05/07/2016, 10:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Tidak terasa, esok hari Rabu 6 Juli 2016 kita akan memasuki hari raya Idul Fitri. Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin mengumumkan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1437 H jatuh tepat pada tanggal 6 Juli 2016.

Bagi mereka yang tinggal di Jakarta, beberapa tahun belakangan ini, hari-hari menjelang dan beberapa saat setelah lebaran dengan mudah menandainya sebagai “hari tanpa kemacetan nasional” di Ibukota negera tercinta.

Kegiatan sehari-hari mendekati hari raya idul fitri, selalu saja ditandai dengan kegiatan yang khas “menjelang lebaran”. Demam THR (Tunjangan Hari Raya) melanda dimana-mana. Demikian pula kegiatan lainnya menjelang hari raya yang tidak pernah terjadi disepanjang tahun, “mudik lebaran”.

Khusus di dalam lingkungan keluarga pasti akan terlihat demikian banyak yang dikerjakan oleh Bapak Ibu dan anak-anak untuk mempersiapkan atau menyongsong datangnya hari Lebaran.

Kegiatan khusus dan unik ini tentu saja diwarnai dengan perubahan cukup menyolok dari tahun ke tahun, menyesuaikan perkembangan jaman.

Kenangan masa kecil

Banyak sekali “kenangan manis” yang sangat mengesankan dan sulit dilupakan di kala saya menjalani masa kanak-kanak saat menjelang hari raya Lebaran. Kenangan yang dipastikan akan tetap abadi menjadi kenangan yang tidak mungkin lagi rasanya untuk dapat terulang kembali.

Pada waktu saya masih bersekolah di SD, saat itu masih bernama Sekolah Rakyat atau SR (di akhir tahun 1950 hingga awal tahun 1960an) bulan puasa benar-benar menjadi bulan idaman dalam arti sesungguhnya.

Kala itu setiap menjelang bulan puasa tiba hingga beberapa hari setelah lebaran anak–anak sekolah memperoleh libur panjang yang dikenal dengan liburan 40 hari.

Sebuah waktu libur sekolah sangat panjang yang bahkan kini bila kita membicarakannya menjadi satu hal yang sulit untuk bisa dipercaya……..libur sekolah 40 hari? Namun itulah yang terjadi saat itu.

Menjelang Lebaran, ayah dan ibu saya menjadi sangat super sibuk. Di tengah keseharian melaksanakan ibadah puasa, mereka harus mempersiapkan kedatangan hari Lebaran tanpa ada pembantu. Dapat dibayangkan bagaimana hiruk pikuknya kegiatan yang terjadi.

Ibu saya selalu membuat baju baru sendiri bagi anak-anaknya dari bahan sangat sederhana yang dibeli bersama beberapa keperluan lebaran lainnya di toko “De zon” pasar baru atau toko “Baba Gemuk” di Pasar Senen.

Bahan pakaian sederhana yang dibelinya itu biasanya dicicil 2 atau 3 bulan sebelum bulan puasa. Ibu saya membuat sendiri pola baju anak-anaknya yang sering disebutnya sebagai “patroon”, sebelum memulai menjahit baju.

Patroon di gambar terlebih dahulu di atas kertas koran bekas, kemudian digunting di atas meja. Dengan patron yang terbuat dari kertas koran bekas itulah kemudian ibu saya memotong bahan baju yang akan dibuat baju untuk saya dan kakak saya.

Tentu saja , sebelumnya ibu mengukur sendiri ukuran badan anak-anaknya dengan meteran kain yang sudah disiapkan sebagai alat vital menjahit pakaian.

Saat itulah saya mengenal pinsil merah biru yang diperoleh ibu dari ayah saya untuk membuat patron baju. Potlod atau pensil merah biru adalah sebuah pensil dengan dua ujung yang dapat diraut dan masing-masing berwarna merah dan biru.

Setelah bahan kain selesai dipotong, potongan-potongan itu digulung dan dilipat sekaligus dengan patron dari koran bekas kemudian diikat serta ditandai dengan nama saya atau kakak saya.

Potongan itu disimpan terlebih dahulu sampai tiba saatnya ibu saya ada waktu lowong yang dapat digunakannya untuk menjahit baju. Dua minggu atau bahkan sebulan sebelum Lebaran, terkadang juga sudah mepet beberapa hari jelang Lebaran, baru ibu saya mulai menjahit pakaian baru bagi saya dan kakak saya.

Tradisi saat itu hari Lebaran harus memakai pakaian baru. Pada masa anak-anak itulah saya dan kakak saya diajar ibu untuk membantu jahit memasang kancing.

Kakak dan saya sendiri harus memasang atau menjahit kancing baju masing-masing. Terkadang jari tertusuk jarum dan tidak jarang kancing yang terpasang miring-miring tidak segaris dengan lubang kancingnya, walau sudah diberi tanda.

Ibu saya yang memotong dan menjahit sendiri baju termasuk membuat lubang kancingnya. Anak-anak dipastikan tidak akan bisa menjahit lubang kancing yang sangat rumit.

Saat itu belum ada mesin jahit pembuat lubang kancing. Lubang kancing harus di jahit tangan. Ibu saya sangat mahir membuat lubang kancing yang terkadang dilakukannya sampai berhari-hari baru selesai.

Saya dan kakak saya selalu menunggui ibu saya menyelesaikan perkerjannya membuat baju. Saya sering protes mengapa baju kakak saya yang selesai duluan, dan ibu saya selalu berkata karena dia adalah kakak saya, kakak yang lebih tua dari saya.

Saat ibu membuat baju, kakak saya dan saya biasanya siap di dekat ibu untuk setiap saat membantu. Membantu mengambilkan gunting, membantu membersihkan meja bekas memotong patroon, membantu menggulung benang di “sekoci”, kelos kecil yang diletakkan di bawah jarum jahit di mesin jahit, dan juga membantu memasukkan benang ke lubang jarum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com