Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Mamakku Luar Biasa, Kenangan Ritual Jelang Lebaran yang Tak Terlupakan

Kompas.com - 05/07/2016, 10:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Ibu saya sudah sedikit kesulitan dalam kemampuan matanya untuk melihat lubang jarum yang sangat kecil itu. Anak-anak diajarkan, agar mudah memasukkan benang ke lubang jarum, benang dipotong di ujungnya dengan arah yang sedikit miring, kemudian dibasahi sedikit agar mudah untuk diarahkan masuk ke dalam lubang jarum yang kecil.

Ibu menjahit dengan mesin jahit “singer” yang digerakkan dengan kedua kakinya di bawah mesin jahit.

Setiap mendengar suara mesin jahit berbunyi, saya dan kakak saya berlari-lari mendekat, sekedar mengecek saja baju siapa gerangan yang tengah dijahit.

Kemudian bertanya terus, "kapan kelarnya, Mak. Kapan kelarnya?"

Ibu saya selalu dengan tenang dan tersenyum biasa menjawab, "sabar ya, sabar ya, besok kelar."

Ibu saya menyelesaikan sebuah baju sampai berhari-hari, karena harus menyambi banyak pekerjaan rumah tangga lainnya.

Kue Lebaran

Selain membuat baju baru untuk anak-anaknya berlebaran, ibu saya juga membuat kue-kue lebaran sendiri.

Kue semacam lapis legit dan kebanyakan kue kering yang dipanggang di sebuah “oven” kuno yang di atasnya dipasang arang yang dibakar agar kue dapat matang merata bawah dan atasnya.

Karena saat itu belum ada “blender” maka tugas anak-anak mengocok adonan telur dan tepung dalam sebuah baskom dengan menggunakan pengocok adonan yang berbentuk seperti “per” atau “pegas” yang dibuat agar dapat lentur.

Yang menyenangkan adalah saat melihat ibu mencetak kue keringnya dengan cetakan kue. Sesekali anak-anak diberi kesempatan mencoba juga mencetak kue.

Ada pola-pola bintang, segi empat dan lingkaran seperti pada umumnya kue kering yang kita kenal sampai dengan saat ini.

Saat ibu kecewa melihat panggangan kuenya telanjur “gosong” atau agak coklat gelap warnanya karena terlambat diangkat, saya dan kakak saya justru gembira. Kue itu menjadi jatah anak anak untuk dimakan. Kue gosong disisihkan , tidak dimasukkan kedalam “stoples’ yang disiapkan untuk hari lebaran.

Opor ayam

Untuk persiapan Lebaran, selain membuat baju dan kue, ibu saya selalu menyiapkan sendiri ketupat, opor ayam, rendang dan juga membikin sendiri “kacang bawang”.

Ritual ini sudah menjadi kegiatan rutin dan anak-anak sudah memperoleh “porsi” sendiri untuk kegiatan masing-masing. Kegiatan yang dengan senang hati dilakukan, tentu saja karena merupakan kegiatan dalam mengisi liburan 40 hari.

Daun pembuat ketupat, ibu membeli sendiri kepasar Petojo. Sampai di rumah menjadi tugas anak-anak mengisi beras ke dalam daun pembuat ketupat setelah dibersihkan.

Saya masih ingat takarannya adalah sepertiga sampai mendekati setengah dari isi daun ketupat. Saya sudah lupa, apakah yang dibeli itu daun bahan pembuat ketupat atau sudah jadi atau dalam bentuk ketupat.

Yang masih jelas dalam ingatan saya adalah ibu saya pandai membuat kelongsong ketupat dari daun kelapa dengan merajutnya sendiri. Ibu saya pernah mengajarkan saya dan kakak saya tapi saya tidak pernah bisa melakukannya sampai selesai. Baru separuh jalan, ketupat biasanya rusak berantakan.

Malam lebaran ibu saya bisa dikatakan tidak tidur sama sekali karena harus memasak opor ayam, rendang dan ketupat. Ketupat biasanya baru masak di pagi hari menjelang subuh. Ketupat diangkat dari dandang setelah direbus atau dikukus dan kemudian diangkat untuk disusun rapih di sebuah “tampah”.

Ayah saya selalu menjadi “algojo” penyembelih ayam. Kami biasanya menyembelih 1 atau terkadang 2 ekor ayam yang sudah dibeli beberapa minggu sebelum lebaran.

Setiap upacara potong ayam, saya , kakak saya dan ibu saya selalu menyaksikan bersama-sama. Ayah saya menyembelih ayam dengan menggunakan “silet”, kakak saya memegang kaki ayam, saya memegang sayapnya.

Beberapa saat ayah mengucapkan “bismilah” dan doa-doanya sebelum menorehkan silet ke leher ayam. Tidak jarang, ayam yang sudah disembelih itu ada yang masih juga kuat berdiri sejenak dan kemudian menggelepar rebah di tanah.

Setelah memastikan ayam sudah mati, maka ibu saya membawa ayam untuk diletakkan di dalam baskom besar yang kemudian diseduh dengan air mendidih.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com