Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisi I: TNI AU Belum Setuju Lahannya di Halim Dipakai Proyek KA Cepat

Kompas.com - 27/04/2016, 19:06 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR RI Charles Honoris mengaku terkejut adanya peristiwa pengamanan tujuh orang pekerja proyek kereta cepat di tepi jalan tol ruas Halim, Jakarta Timur, Selasa (26/4/2016), oleh Tim Patroli TNI Angkatan Udara.

Menurut Charles, hingga saat ini belum ada kesepakatan terkait proses pembebasan lahan antara pihak TNI AU dengan pihak perusahaan yang menangani proyek tersebut.

"Ini kan sudah kami bawa dalam rapat komisi dengan Panglima TNI yang diwakilkan oleh KSAU. Disampaikan bahwa memang belum ada kesepakatan yang jelas soal pembebasan lahan. Angkatan Udara belum setuju lahan itu dipakai untuk proyek PT Kereta Cepat Indonesia China," ujar Charles saat ditemui di kawasan Grogol, Jakarta Barat, Rabu (27/4/2016).

Charles mengatakan, peristiwa tersebut menunjukkan buruknya komunikasi antara Angkatan Udara dengan pihak swasta.

Seharusnya, kata Charles, pihak perusahaan tidak berhak untuk melakukan kegiatan apapun di sekitar area Lanud Halim Perdanakusuma sebelum adanya kesepakatan yang jelas. (baca: Menteri Jonan: Pembangunan Kereta Cepat di Halim Belum Ada Izin)

Dia menjelaskan, pengalihan aset lahan AU untuk digunakan sebagai jalur transportasi harus melalui proses pembahasan di komisi I DPR karena menyangkut aset negara.

Saat ini, kata dia, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bersikap tidak akan melepas lahan tersebut.

"Lahan itu belum disetujui untuk digunakan, tapi perusahaan ini kok begitu ngeyel untuk masuk ke sana," kata dia.

Ke depannya, Charles menginginkan perusahaan swasta tersebut tidak melakukan kegiatan apapun di lokasi Lanud sebelum ada kesepakatan.

TNI AU sebelumnya menangkap 7 pekerja yang memasuki wilayah Pangkalan TNI AU di Halim, tepatnya di tepi jalan tol ruas Halim, Km 3,2, pada Selasa (26/4/2016). Lima diantaranya merupakan warga negara China.

(baca: 5 Pekerja Proyek KA Cepat yang Ditangkap TNI AU adalah WN China)

Mereka kini diamankan oleh Imigrasi Kelas 1 Jakarta Timur dengan sangkaan pelangaran keimigrasian lantaran tidak bisa menunjukkan dokumen perjalanan serta izin tinggal.

Mereka yang diamankan berinisial CQ, ZH, XW, WJ, dan GL. Saat diperiksa, CQ hanya memperlihatkan fotokopi paspor. Zh menunjukkan Kitas, sedangkan XW menunjukkan identitas Republik Rakyat China.

Adapun WJ dan GL tidak mampu memperlihatkan dokumen apa pun kepada petugas.

Kompas TV Inilah Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com