Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kematian Siyono, Dewan Etik Polri Panggil Ayah dan Kakak Siyono

Kompas.com - 19/04/2016, 17:17 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Azhar Simanjuntak mengatakan, dewan etik Mabes Polri memanggil keluarga Siyono, terduga teroris asal Klaten sebagai saksi dalam sidang etik dugaan pelanggaran disiplin.

Pemuda Muhammadiyah berperan sebagai pendamping keluarga Siyono.

"Yang dipanggil itu mbah Marso, bapak Siyono lalu didampingi Mas Hardoyo, itu kakak Siyono," ujar Dahnil saat dihubungi, Selasa (19/4/2016).

Dahnil mengatakan, ayah dan kakak Siyono didampingi dua pengacara dari Muhammadiyah dan dua pengacara dari Pemuda Muhammadiyah.

Sebelumnya, kata Dahnil, keluarga Siyono juga pernah diperiksa Divisi Profesi dan Pengamanan Polri di Klaten untuk penyelidikan awal. Keterangannya ternyata dibutuhkan lagi untuk sidang yang berlangsung tertutup ini.

(Baca: Polri Gelar Sidang Etik Anggota Densus 88 Terkait Kematian Siyono)

"Catatan dari kita, tidak cukup sidang etik karena ada menyebabkan kematian dan ada unsur pidana maka dari itu juga harus ada pengenaan pidana dari segi hukum," kata Dahnil.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Agus Riyanto mengatakan, kemungkinan sidang tidak hanya satu kali digelar.

Tujuan dari sidang ini untuk melihat adakah pelanggaran yang dilakukan anggota Densus 88 dalam pengawalan Siyono. Namun, Agus mengaku tidak tahu siapa yang diperiksa dewan etik hari ini.

"Nanti dilihat sampai sejauh mana pengetahuan mereka yang tergabung dalam tim itu. Propam juga sudah melakukan pemeriksaan kepada beberapa orang. Hasil pemeriksaan akan ditindaklanjuti saat sidang yang dimulai hari ini," kata Agus.

(Baca: BNPT: Otopsi Tak Bisa Jelaskan Bagaimana Siyono Bisa Dipukul)

Siyono meninggal dunia usai berkelahi dengan satu anggota Densus 88 di dalam mobil. Saat itu, petugas membawa Siyono untuk memperlihatkan bunker penyimpanan senjata.

Di tengah perjalanan, Siyono meminta borgolnya dibuka. Petugas pun membukanya karena dianggap Siyono kooperatif. Namun, Siyono justru melawan dan menyerang petugas di sampingnya.

Anggota Densus 88 melakukan perlawanan sehingga perkelahian pun tak terelakkan. Berdasarkan hasil visum Polri, ada pendarahan di kepala bagian belakang Siyono sehingga membuatnya langsung tewas.

(Baca: Komnas HAM Duga Ada Pelanggaran HAM soal Tewasnya Siyono, Ini Komentar Kapolri)

Sementara hasil otopsi PP Muhammadiyah menunjukkan hasil lain. Menurut Muhammadiyah, penyebab kematian Siyono karena patahnya tulang dada yang menekan jantungnya.

Sebelumnya, Kepala Divisi Propam Polri Irjen Pol Iriawan mengakui adanya kesalahan prosedur oleh Densus 88 Antiteror saat mengawal Siyono. Iriawan mengatakan, ada beberapa prosedur tetap yang tidak dipenuhi anggota tersebut.

Propam telah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, termasuk rekonstruksinya. Selain itu, kata Iriawan, semestinya petugas yang mengawal Siyono minimal dua orang yang menjaga di sisi kiri dan kanan. Namun, yang mengawal hanya satu, Siyono pun dalam keadaan tidak diborgol.

Kompas TV Beda Pendapat Soal Kematian Siyono
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com