Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohamad Burhanudin
Pemerhati Kebijakan Lingkungan

Penulis lepas; Environmental Specialist Yayasan KEHATI

Amnesia Sejarah dan Melempemnya Kiri

Kompas.com - 02/03/2016, 09:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata
Pertama-tama kita harus mengakui bahwa bangsa ini mengalami amnesia sejarah yang parah. Maka tidak usah heran, hingga 17 tahun era demokrasi berjalan, pola pikir dan jargon-jargon Orde Baru masih demikian kuat menancap di banyak benak warga di negeri ini.

Pekan lalu, sebuah rangkaian acara diskusi, bedah buku, dan pentas seni bertajuk Belok Kiri Fest  yang akan digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, terpaksa harus dibatalkan hanya sehari sebelum festival dibuka.

Kepolisian enggan mengeluarkan izin menyusul protes sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) yang menganggap festival yang digelar kalangan aktivis, mahasiswa, dan intelektual kiri dari berbagi kota di Indonesia tersebut hendak menghidupkan kembali komunisme di negeri ini.

Pembatalan paksa semacam ini bukan kali pertama terjadi di Indonesia pada era demokrasi terhadap kegiatan dan agenda-agenda terkait upaya pelurusan sejarah seputar peristiwa 1965.

Pertemuan korban ‘65 yang mayoritas lanjut usia, dibubarkan dan diusir paksa oleh kelompok yang mengatasnamakan warga Bukit Cangang, Bukit Tinggi, pada 22 Februari 2015.

Dua hari setelahnya, di Surakarta, beberapa ormas melarang seminar yang diselenggarakan Sekretariat Bersama Korban ‘65 di Surakarta. Seminar dengan tema Layanan Kesehatan Korban Tragedi 1965/1966 untuk Mewujudkan Rekonsiliasi tersebut dinilai menghidupkan kembali komunisme.

Masih banyak lagi pemberangusan-pemberangusan serupa. Bahkan, beberapa kasus berujung penahanan oleh aparat.

Sejarah yang hancur

Terlalu banyak aspek-aspek rumit dan tak menyenangkan sejarah Indonesia yang dihapus sepanjang 32 tahun Orba berkuasa, terutama yang berkaitan dengan peristiwa 1965.

Kitab-kitab resmi sejarah dihadirkan dengan narasi yang manipulatif. Sejarah dijejalkan dalam bentuk hitam-putih, baik-jahat, dengan menempatkan Soeharto dan militer sebagai Si Baik, sementara Soekarno, komunis, beserta simpatisanya sebagai si Buruk Rupa. Menggugat berarti hukuman berat.

Wawasan sejarah yang penuh masalah itu bertahan hingga jauh melampaui keruntuhan Rezim Soeharto. Orang Indonesia yang lahir dan dibesarkan dalam dua generasi terakhir, hidup tanpa mengalami pendidikan dasar dan berimbang mengenai sejarah nasional mereka sendiri (Ariel Heryanto, 2015).

Dampaknya kini terlihat, betapa piciknya cara pandang historis sebagian besar anak-anak bangsa di negeri ini, termasuk kaum elite, saat mendiskusikan kontroversi sejarah maupun persoalan mutakhir yang terhubung ke masa lalu.

Teknologi media sosial telah mendemokratisasi nyaris seluruh perdebatan publik mengenai kontroversi-kontroversi sejarah pasca-Orba. Buku-buku sejarah, karya sastra, dan film, yang mendedahkan temuan-temuan adanya penyesatan sejarah oleh Orba pun bermunculan.

Namun demikian, itu semua tak serta merta mengubah pola pikir sebagian besar warga negeri ini dalam melihat masa lalunya. Dari tahun ke tahun justru resistensi atas gerakan pembaruan sejarah itu makin menguat. Kian banyak kegiatan dalam upaya pelurusan sejarah yang dibubarkan paksa.

Celakanya, bukan hanya aparat yang melakukan, tetapi justru lebih sering ormas-ormas kanan. Tak sedikit pula kampus-kampus besar yang masih alergi dengan kegiatan diskusi, seminar, dan festival yang bernapaskan kiri.

Selain faktor amnesia sejarah, harus diakui bahwa demokratisasi yang berjalan beriringan bersamaan dengan keriuhan media sosial turut berperan mendeviasi pesan moral reformasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com