Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan Abraham Samad Sebelum Lengser sebagai Pimpinan KPK

Kompas.com - 21/11/2015, 07:38 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Masa kepemimpinan Abraham Samad sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi akan berakhir pada pertengahan Desember 2015.

Abraham saat ini dinonaktifkan lantaran terjerat pidana dalam kasus dugaan penyalahgunaan wewenang atas pernyataan kader PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, yang menyebut Samad melakukan sejumlah lobi politik demi mendapat posisi sebagai calon wakil presiden, mendampingi Joko Widodo.

Satu pimpinan lainnya, Bambang Widjojanto, juga dinonaktifkan karena menjadi tersangka kasus dugaan memengaruhi saksi untuk memberikan keterangan palsu dalam sidang sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi.

Dalam satu acara KPK, Abraham meminta maaf atas hal-hal yang terjadi pada KPK jilid III.

"Sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan. Mudah-mudahan kesalahan itu bisa diperbaiki," ujar Abraham di Ciawi, Bogor, Jumat (20/11/2015) malam.

Abraham mengatakan, apa pun yang terjadi pada KPK, hal itu sebaiknya tidak menjadi momok bagi pimpinan periode selanjutnya. Pimpinan mendatang, kata Abraham, harus menjaga agar KPK tidak dilumpuhkan dan dimatikan.

"Pemberantasan korupsi tidak akan pernah sirna dan roboh karena AS dan BW ditersangkakan. Masih ada (pimpinan) yang lain," kata Abraham. "Yang terpenting, pemberantasan korupsi tidak boleh kalah. Tidak boleh tunduk pada intervensi mana pun juga," lanjut dia.

Abraham mengaku bersyukur seiring dengan penonaktifan dirinya dan Bambang, Presiden Joko Widodo menunjuk Taufiequrachman Ruki sebagai Pelaksana Tugas Ketua KPK dan dua pimpinan sementara lainnya.

Menurut dia, di tangan pelaksana tugas dan pimpinan KPK aktif yang tersedia, KPK masih aktif memberantas korupsi meski sempat terhambat saat kriminalisasi terjadi.

"Pak Ruki bisa melanjutkan, alhamdulillah kapal yang diterpa gelombang yang besar lambat laun kembali hidup dan sudah menemukan jalannya kembali," katanya.

Abraham berharap, sejumlah hal yang menimpa KPK belakangan menjadi pembelajaran bagi pimpinan jilid IV, bukannya malah membuat nyali mereka ciut. Bahkan, sebaiknya nyali untuk memberantas korupsi kian tumbuh.

Jika KPK kehilangan nyali, kata Abraham, koruptor akan mencari celah untuk masuk dan melemahkan KPK.

"Selama ini dari periode I sampai III, KPK selalu memperlihatkan taring dalam memberantas korupsi. Oleh karena itu, ini yang harus dilanjutkan," kata Abraham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com